Siswa SMK Surabaya Luncurkan Truk Esemka Patua
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Kamis, 12 Januari 2012 15:50 WIB
Sejumlah siswa memperhatikan mobil rakitan truk Esemka Patua yang baru diluncirkan di SMK Negeri 2 Surabaya, Kamis (01/12). TEMPO/Fully Syafi
Iklan
Iklan

TEMPO Interaktif, Surabaya - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surabaya meluncurkan mobil jenis minitruck bermesin 1500 cc yang dirakit oleh para siswa di sekolah tersebut, Kamis, 11 Januari 2011. Peluncuran mobil yang diberi nama Esemka Patua itu bersamaan dengan peringatan ulang tahun SMK Negeri 2 ke-100.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebutan Esemka Patua diambil dari nama jalan tempat sekolah tersebut berada, yakni Jalan Patua Nomor 26, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Perakitan mobil itu sendiri dimulai sejak pertengahan Desember tahun lalu dengan sebagian besar bahannya diimpor dari Cina.

Kepala Sekolah SMK Negeri 2, Bahrun mengatakan, perakitan minitruck yang merupakan hibah dari Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud itu akan terus dilanjutkan. "Masih ada 10 mobil lagi yang akan kami rakit. Ini masih menunggu bahan-bahannya dari pemerintah pusat," kata Bahrun.

Truk Esemka Patua dibanderol dengan harga Rp 50 juta. Sejauh ini, ujar Bahrun, baru ada satu instansi yang tertarik ingin memakai mobil tersebut, yakni Dinas Perikanan Pemerintah Kota Surabaya.

Menurut Bahrun, salah satu kelebihan Esemka Patua ialah relatif bisa menghindari banjir karena desain rodanya tinggi. Namun, ia mengakui bahwa mobil bikinan anak-anak didiknya itu masih perlu penyempurnaan di sana-sini. Di antaranya rem yang dianggap belum pakem. "Juga soal power steering yang belum ada," imbuh dia.

Dalam peluncuran tersebut, sejumlah wartawan diberi kesempatan untuk mencoba mengendarai. Abdullah Munir, fotografer Radar Surabaya yang sempat menyetir, mengatakan dari sisi kenyamanan, Esemka Patua tidak kalah dengan mobil-mobil bermerek.

Hanya saja karena belum diberi power steering, putaran stir mobil menjadi berat. Juga fitur lampu sein berada di sisi kiri sehingga pengemudi belum terbiasa. "Karena masih manual, kalau dipakai belok, tangan cepat capek," kata Munir.

KUKUH S WIBOWO

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi