TEMPO.CO, Jatiluhur - PT Nissan Motor Indonesia mulai memasarkan sport utility vehicle (SUV) X-Trail Hybrid pada November 2015. Menurut General Manager Sales Strategy Nissan Budi Nur Mukmin, target penjualan varian hibrida ini relatif kecil. "Pada tahap awal, kami targetkan 5 unit per bulan," katanya di sela acara uji kendara X-Trail Hybrid di Jatiluhur, Jawa Barat, Rabu, 4 November 2015.

Budi mengakui pasar mobil hibrida masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Sebab, harga jualnya relatif mahal. Sebagai contoh, All New Nissan X-Trail konvensional dipasarkan seharga Rp 400 jutaan, sedangkan versi hibrida Rp 625 juta per unit. Hal ini terjadi, salah satunya, karena bea masuk impor dan pajak yang relatif tinggi: hingga 25 persen. "Karena itu, market leader di segmen ini saja cuma bisa menjual 10-15 unit sebulan," ujarnya.

Agar pasar mobil hibrida bisa terdongkrak, Budi mendesak pemerintah merealisasi insentif pengurangan pajak dan bea masuk impor untuk mobil hibrida. Dia membandingkannya dengan beberapa negara ASEAN yang sudah mengegolkan skema insentif pajak dan bea masuk, sehingga pasar kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan bisa berkembang.

Indonesia adalah pasar kedua bagi Nissan X-Trail Hybrid setelah Jepang. X-Trail Hybrid mengadopsi mesin hibrida MR20DD berkapasitas 2 liter dan motor listrik yang mampu mengeluarkan tenaga 185 daya kuda. Pengisian tenaga listrik pada baterai Lithium Ion-nya bisa dilakukan dalam kecepatan rendah ataupun tinggi.

Nissan mengklaim varian ini bisa menghasilkan tenaga yang lebih besar daripada mesin bensin 2,5 liter. Selain konsumsi bahan bakar yang hemat--hingga 20 kilometer per liter--X-Trail Hybrid relatif ramah lingkungan. Emisi gas nitrogen oksida atau NOx-nya lebih rendah 75 persen daripada standar gas buang tahun 2005.

FERY FIRMANSYAH