Tak Ada Baja, Toyota Akan Hentikan Produksi pada Februari
Reporter: Tempo.co
Editor: Grace gandhi
Minggu, 31 Januari 2016 10:54 WIB
Pekerja melakukan quality control mobil di pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, 26 Januari 2016. Untuk The All New Fortuner sendiri, kandungan produk komponen lokalnya mencapai 75% dan Innova diproduksi dengan 80 persen komponen lokal. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Tokyo - Toyota Motor Corp menyatakan akan menghentikan produksinya pada awal bulan depan karena kekurangan stok baja. Hal ini karena terjadinya ledakan di pabrik baja yang berafiliasi dengan perusahaan tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ledakan di pabrik baja Aichi telah mengurangi produksi baja. Hal ini diperkirakan akan mengakibatkan terjadinya kekurangan bahan baku baja. Padahal Toyota merupakan salah satu perusahaan terbesar yang memproduksi 40 persen produk otomotif di Jakarta.

"Saat ini cadangan pasokan masih cukup untuk menjaga produksi pabrik hingga 6 Februari," kata juru bicara Toyota yang tak disebutkan namanya, seperti dilansir Reuters, Minggu, 31 Desember 2016.

Ia juga berujar, jadwal lembur dan jadwal akhir pekan telah ditunda. "Setelah itu, kami akan memantau situasi pasokan per hari dan akan memutuskan berdasarkan hal tersebut," ucapnya.

Pabrik baja Aichi menyatakan telah terjadi ledakan pada 8 Januari lalu di pabrik yang berada di Cina. Pabrik ini diperkirakan baru akan kembali beroperasi pada Maret mendatang.

Toyota memproduksi sekitar empat juta unit kendaraan pada 2015. Sekitar 4,6 persen dari produksi ini diekspor.

Penghentian produksi ini diperkirakan akan berdampak pada rencana Toyota yang akan menambah produksi 4,13 juta kendaraan pada tahun ini. Termasuk Priymus Gasoline Hybrid, yang diluncurkan di Amerika Serikat bulan ini dan diproduksi hanya di Jepang.

Toyota berencana membuat 10,2 juta kendaraan di dunia tahun ini setelah menginformasikan penjualan dunia sebesar 10,15 juta pada 2015, mengalahkan Volkswagen dan perusahaan automotif lain.

REUTERS | MAWARDAH NUR HANIFIYANI

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi