Gaikindo Targetkan Ekspor Otomotif Naik Lampaui Thailand  
Reporter: Tempo.co
Editor: Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 29 Maret 2016 19:23 WIB
Deretan mobil siap ekspor tengah parkir di pelabuhan mobil Tanjung Priok, Jakarta, 18 Mei 2015. Bank Indonesia mencatat ekspor kendaraan dan suku cadangnya meningkat 5,5 persen (year on year/YoY) dengan pangsa 38,4 persen dari total volume ekspor. Tempo/Tony Hartawan
Iklan
Iklan

TEMPO.COJakarta - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) hari ini memperkenalkan pengurus barunya yang diketuai Yohannes Nangoi. Dalam acara perkenalan itu, para pengurus menyatakan peningkatan ekspor otomotif sebagai prioritas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Komitmen kami adalah mendorong kemajuan industri otomotif Tanah Air," kata Nangoi di Hotel Double Tree, Cikini, Selasa, 29 Maret 2016. "Salah satu target kami adalah meningkatkan ekspor mobil agar bisa melampaui Thailand dalam dua-tiga tahun ke depan."

Berdasarkan catatan Gaikindo, saat ini ekspor otomotif Indonesia baru mencapai 200 ribu unit kendaraan per tahun. Jumlah ini jauh lebih rendah dibanding Thailand, yang sudah mencapai 1 juta unit. "Kita hanya unggul di pasar domestik, sedangkan kinerja ekspor masih kurang bagus," ujarnya.

Untuk mencapai target itu, Nangoi, yang juga Presiden Direktur Isuzu Astra Motor Indonesia, mengatakan akan meminta setidaknya tiga insentif dari pemerintah. "Perlu ada kebijakan untuk mendorong Indonesia sebagai basis produksi otomotif."

Kebijakan pertama, menurut Nangoi, penurunan tarif pajak penjualan barang mewah (PPNBM) untuk produk sedan dan sport utility vehicle ringan. Saat ini tarif PPNBM untuk dua jenis produk tersebut mencapai 30 persen. "Kami minta diturunkan jadi 10 persen," tuturnya.

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan, jika pajak tersebut diturunkan, niscaya prinsipal otomotif akan tertarik memproduksi sedan dan SUV di Indonesia. "Harga mobil jadi murah, pasar bergairah, otomatis ekspor juga akan terdongkrak," ujarnya. "Sekarang kan produksi otomotif di Indonesia paling banyak multi-purpose vehicle."

Tapi, untuk lebih menarik minat prinsipal otomotif menambah investasinya di sini, Jongkie menjelaskan, Indonesia juga membutuhkan kebijakan lain, yakni penetapan standar emisi menjadi Euro 4. "Indonesia masih jauh tertinggal karena masih pakai Euro 2." Menurut dia, percuma saja pemerintah mendorong ekspor otomotif jika produk yang dibuat di Indonesia masih memakai standar emisi rendah.

PRAGA UTAMA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi