California T Bukan Ferrari Terlaris di Indonesia
Reporter: Tempo.co
Editor: Praga Utama TNR
Senin, 2 Mei 2016 10:00 WIB
Lingkar kemudi supercar ini mengadopsi konsep dan teknologi serta ergonomika F1 yang sangat nyaman dan ringkas untuk dihafal serta dioperasikan, bahkan untuk pemula di belakang kemudi seri-seri Ferrari. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Meski disebut sebagai mobil yang cocok untuk dipakai harian, rupanya California T bukan varian Ferrari paling laris di Indonesia. “Konsumen kami lebih suka tipe Ferrari mid engine (mesin tengah) V-8,” kata CEO PT Citra Langgeng Otomotif—distributor resmi Ferrari di Indonesia—Arie Christopher Arie, Kamis, 28 April 2016.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Walau begitu, kehadiran mobil ini mendapat sambutan cukup baik. Setidaknya, ujar Arie, sejak diperkenalkan pada 2014, sudah 20 unit Ferrari California T terjual di Indonesia. “Mobil ini ditujukan untuk konsumen Ferrari yang lebih suka mobil sport mewah yang mudah dikendarai, bahkan pemula juga bisa mengemudikannya.”

Meski dianggap lebih jinak dibanding model Ferrari lain, California T tetap mewarisi darah balap. Arie berujar, beberapa komponen, seperti transmisi dan mesin, mobil ini dikembangkan berdasarkan teknologi yang digunakan Ferrari di kompetisi Formula 1.

Lingkar kemudi mobil seharga Rp 2,6 miliar ini juga berpenampilan seperti setir F1 yang penuh tombol. Fungsinya mulai mengaktifkan wiper, lampu sein, klakson, hingga mode berkendara. Meski menggunakan transmisi otomatis 7 percepatan, di balik kemudi ada panel persneling untuk opsi manual.

Fleksibilitas performa mobil ini bisa diatur lewat knop pilihan mode berkendara. Ada tiga opsi, yakni comfort, sport, dan ESC Off alias kontrol traksi mati. Mode comfort membatasi semburan tenaga yang dikeluarkan. Suspensi juga secara otomatis terasa lebih empuk pada opsi ini. Sebaliknya, jika opsi sport yang dipilih, akselerasi menjadi lebih besar dan suspensi menjadi lebih keras.

Adapun opsi ESC Off hanya diperuntukkan bagi pengemudi yang punya keterampilan tinggi. Sebab, dengan memilih opsi ini, perangkat elektronik yang mengatur tenaga dan putaran di setiap roda akan mati. Artinya, mobil bisa menjadi liar saat berbelok. Pengendaliannya murni bergantung pada keahlian sang pengemudi. “Kami tak menyarankan traksi kontrol dimatikan,” tutur Arie.

PRAGA UTAMA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi