Truk Pengangkut Airbag Takata Meledak  
Reporter: Tempo.co
Editor: Praga Utama TNR
Selasa, 30 Agustus 2016 21:14 WIB
inflator air bag Takata
Iklan
Iklan

TEMPO.COJakarta - Sebuah truk pengangkut material produk kantong udara (airbag) merek Takata meledak di Texas, Senin, 22 Agustus 2016. Peristiwa ini membunuh seorang perempuan dan mencederai empat orang lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Takata Corp, perusahaan pembuat kantong udara, dalam pernyataan resminya yang dikutip Reuters, Senin, 29 Agustus 2016, mengatakan kejadian ini disebabkan pengemudi truk kehilangan kendali saat kendaraannya berbelok di sebuah jalan bebas hambatan dan terperosok di dekat sebuah rumah.

"Truk trailer yang membawa komponen peletup kantong udara dan bahan kimia itu kemudian meledak dan terbakar. Apinya menyebar ke rumah dan sebuah kendaraan yang melintas," demikian laporan resmi Departemen Keselamatan Publik Texas. Lucila Robles, 67 tahun, perempuan yang tinggal di rumah tersebut, tewas akibat kebakaran. Adapun ledakan yang besar merusak 10 rumah di sekitar lokasi.

Truk tersebut dimiliki perusahaan subkontraktor Takata, yang mengambil material kantong udara dari pabrik Takata di Moses Lake, Washington, untuk dikirim ke gudang Takata di Eagle Pass, Texas.

Kejadian ini memperpanjang daftar masalah yang merundung Takata sebagai perusahaan pembuat alat keselamatan mobil. Sejak 2013, lebih dari 100 juta mobil berbagai merek, seperti BMW, Chrysler, Ford, Honda, Mazda, dan Nissan, harus ditarik ulang akibat cacat produksi pada kantong udara yang dibuat Takata. Cacat produksi airbag Takata setidaknya sudah melukai lebih dari 150 orang serta membunuh delapan orang di Amerika Serikat dan Malaysia. Kantong udara buatan Takata diketahui bisa meledak tiba-tiba meski tak terjadi tabrakan dan melontarkan serpihan tajam ke arah sopir ataupun penumpang.

Juru bicara Takata menjelaskan, truk nahas yang meledak itu memang membawa ammonium nitrate, zat kimia yang rentan terbakar. Zat kimia ini pulalah yang menjadi pemicu kerusakan produk Takata sehingga menyebabkan recall besar-besaran di seluruh dunia.

REUTERS | PRAGA UTAMA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi