Aksi Anti-Trump Meluas, Lyft Dongkel Popularitas Uber
Reporter: Tempo.co
Editor: Ali Akhmad Noor Hidayat tnr
Selasa, 31 Januari 2017 10:37 WIB
Sejumlah pengunjuk rasa menggelar aksinya guna menolak pelantikan DOnald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-45 di depan kedutaan besar Amerika Serikat di London, Inggris, 20 Januari 2017. REUTERS
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Chicago - Persaingan antara penyedia aplikasi taksi online di Amerika Serikat kian menghangat dan menyentuh ranah politik. Lyft kini berupaya merebut popularitas pesaingnya, Uber, setelah perusahaan itu terjerumus dalam sentimen anti-Donald Trump di dunia maya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Chicago Tribune mengabarkan Lyft berupaya menarik simpati konsumen dengan menyumbangkan dana US$ 1 juta selama empat tahun ke depan untuk American Civil Liberties Union (ACLU). ACLU adalah salah satu organisasi penentang kebijakan Trump yang diskriminatif.

Baca : Mantan Kapolri Badrodin Haiti Jadi Komisaris Utama Grab

Sumbangan ini dikucurkan Lyft di tengah isu miring yang menimpa Uber dalam sepekan terakhir, lantaran kepala eksekutif (CEO) Uber, Travis Kalanick, masuk ke jajaran tim ekonomi Donald Trump. Kalanick masuk ke jajaran 18 anggota Dewan Penasihat Ekonomi Trump bersama pendiri Tesla Elon Musk, CEO Blackstone Stephen Schwarzman, serta petinggi Disney, Wal-Mart, dan IBM.

Isu negatif terhadap Uber kian meluas setelah mereka diduga berupaya mematahkan demonstrasi anti-kebijakan Trump yang melarang umat Islam dari beberapa negara masuk ke Amerika Serikat. Sabtu lalu, saat Aliansi Taksi New York turut dalam aksi blokade Bandara John F. Kennedy, New York, Uber tiba-tiba menawarkan penurunan tarif bagi mereka yang meninggalkan kawasan tersebut.

Baca : Ini Alasan Mantan Kapolri Badrodin Bergabung dengan Grab  

Netizen yang menganggap tindakan ini bertentangan dengan aksi anti-Trump kemudian menyerukan boikot atas layanan Uber. Tak pelak, hashtag #deleteuber merebak di Twitter.

Kalanick pun membela diri. Melalui akun Facebook-nya, Kalanick memaparkan alasan mengapa ia bergabung dengan tim ekonomi Trump. Menurut dia, dengan bergabung dengan tim tersebut, dirinya bakal memiliki kesempatan yang besar untuk berbicara dan "membuat perubahan". Dia pun mengaku akan mendesak pemerintah untuk membatalkan larangan bepergian ke negara-negara tertentu serta larangan komunitas tertentu untuk masuk ke Amerika.

Baca : Berikut Syarat Mendapat SIM Internasional

Kalanick dan Uber pun dikabarkan siap mengucurkan dana hingga US$ 3 juta untuk membantu para pengemudinya yang terkena dampak kebijakan Trump. Meski tak menyebutkan jumlahnya, Kalanick mengakui ada mitra pengemudi Uber yang berstatus imigran dan kini tak bisa kembali ke Amerika. Dia pun bersedia memberikan bantuan hukum.

CHICAGO TRIBUNE | FERY FIRMANSYAH

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi