Membidik Pasar Otomotif di Negeri Seberang  
Reporter: Tempo.co
Editor: wawan priyanto
Senin, 6 Maret 2017 15:00 WIB
Deretan mobil siap ekspor tengah parkir di pelabuhan mobil Tanjung Priok, Jakarta, 18 Mei 2015. Bank Indonesia mencatat ekspor kendaraan dan suku cadangnya meningkat 5,5 persen (year on year/YoY) dengan pangsa 38,4 persen dari total volume ekspor. Tempo/Tony Hartawan
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang 2016, pengiriman produk otomotif Tanah Air ke negara lain turun 6,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tingkat ekspor kendaraan Indonesia cenderung stagnan di angka 200 ribuan unit. Kondisi perekonomian global yang lesu sepanjang tahun lalu jadi alasan, proyeksi peningkatan ekspor sebesar 15 persen yang dicanangkan di awal 2016 tak tercapai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan, produsen otomotif nasional perlu membuka peluang baru dengan masuk ke pasar-pasar yang belum tergarap.

“Contohnya Australia, volume pasar mereka hampir sama dengan Indonesia yakni 1,2 juta unit per tahun, dan saat ini tak ada produsen yang berproduksi di sana, semuanya impor,” kata dia Februari lalu.

Seharusnya, Nangoi, industri otomotif Tanah Air bisa memanfaatkan peluang itu terlebih letak geografis Indonesia paling dekat dengan negeri Kangguru itu. “Memang ada kendala soal standardisasi bahan bakar dan karakteristik pasar.” Saat ini, dia menambahkan, Indonesia jadi satu dari tiga negara di Asia yang masih memakai standar bahan bakar Euro 2, bersama Myanmar dan Laos.

Baca: Peluang Ekspor Mobil ke Australia Besar, tapi...Toyota Genjot Ekspor 2017

Hal itu, menurut dia, jadi kendala bagi produsen kendaraan dalam negeri untuk membuat mesin dengan spesifikasi lebih tinggi untuk pasar di negara lain. “Jadi tidak efisien, karena kebutuhan dalam negeri spesifikasinya lebih rendah.” Adapun terkait karakteristik pasar, dia menyebut produk sedan masih jadi favorit konsumen mancanegara. “Padahal di sini produksi sedan sangat sediki akibat tarif pajak yang tinggi, ini memperkecil peluang ekspor.”

Peningkatan ekspor jadi salah satu target pemerintah tahun ini. Presiden Joko Widodo, dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan bulan lalu meminta Kementerian Perdagangan lebih agresif membuka pasar di wilayah yang belum tergarap maksimal. Jokowi menyebut, dua pasar yang punya potensi besar tapi belum tergarap maksimal adalah kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Potensi pasar Timur Tengah, kata Presiden mencapai US$ 975 miliar tapi ekspor ke kawasan itu baru US$ 5,2 miliar. Sementara untuk pasar Afrika, potensinya US$ 550 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke sana baru US$ 4,2 miliar. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui perdagangan Indonesia dengan negara-negara di kawasan itu cenderung kecil. Bahkan pasar produk-produk Tanah Air di Arab Saudi yang potensinya tinggi cenderung menurun.

Simak: Kapasitas Mencukupi, Toyota Incar Ekspor ke Australia Sebulan Diluncurkan, New Honda Mobilio Laku 8.703 Unit

Sektor otomotif, kata Enggar seperti dikutip dari Antara pekan lalu, menjadi salah satu andalan Indonesia untuk meningkatkan perdagangan dengan Arab Saudi. “Kami mendorong komiditas dan industri yang memberikan nilai tambah, seperti sawit dan otomotif.” Dia menyebut Indonesia dan Arab Saudi sudah bersepakat untuk mempelajari peluang pelaksanaan pasar bebas antarkedua negara.

Produsen mobil dalam negeri yang punya tingkat ekspor paling tinggi saat ini adalah Toyota. Tak hanya mengirimkan komponen dan kendaraan secara terurai, Toyota juga sudah menjual mobil utuh ke negara lain. Wakil Presiden PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono beberapa waktu lalu mengatakan, tahun ini perusahaannya menargetkan pertumbuhan ekspor hingga 10 persen.

“Salah satu upaya kami untu menggenjot pertumbuhan dengan membuka celah di negara tujuan baru,” ujarnya akhir Januari lalu. Tahun ini, dia memastikan, TMMIN akan mengirim produk Kijang Innova ke Maroko dan Argentina. Dia berharap dua negara ini akan membuka pasar TMMIN di Afrika Utara dan Amerika Latin.

Simak: BMW Seri 7 dan Seri 5 Jadi Kendaraan Pilihan Delegasi IORACerita Wayan Teja Kesengsem Yamaha Xmax di Eropa

Terkait pasar di negara-negara yang dekat, Warih menilai Myanmar dan Australia berpeluang untuk dijadikan negara tujuan baru. “Kami masih studi untuk masuk ke Myanmar, Laos, dan Kamboja.” Adapun untuk pasar Australia dia menganggap karakteristik konsumen di sana berbeda dengan Indonesia. “Australia itu lebih suka produk sedan sport dan kendaraan sport utility vehicle, sedangkan Indonesia lebih banyak produksi multi purpose vehicle.”

Berbeda dengan Toyota yang terus gencar memasarkan produk mobilnya ke negara lain, Honda memilih fokus mengekspor komponen otomotif. Direktur Pemasaran dan Layanan Purnajual PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy menyebut hingga saat ini pabrik Honda di Karawang, Jawa Barat, masih ditujukan untuk pemenuhan pasar dalam negeri. “Strategi kami memang berbeda, setiap negara jadi basis produksi dengan kapasitas tertentu.”

Saat ini, kata Jonfis, Honda Indonesia hanya mengekspor komponen otomotif karena memberikan nilai tambah lebih. “Nilainya lebih tinggi dibandingkan ekspor mobil utuh,” ujarnya pekan lalu. Nilai ekspor komponen Honda sejak 2015 juga terus tumbuh. Tahun lalu, Honda mengirimkan komponen senilai Rp 2,2 triliun. Tahun ini, Honda menargetkan nilai tersebut meningkat hingga Rp 2,5 trilun.

PRAGA UTAMA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi