Dua Tantangan Indonesia Bisa Mengekspor Mobil
Reporter: Tempo.co
Editor: Setiawan
Jumat, 24 Maret 2017 06:10 WIB
Pesepeda melintas di depan deretan mobil yang di parkir di pelabuhan mobil Tanjung Priok, Jakarta, 18 Mei 2015. Bank Indonesia mencatat ekspor kendaraan dan suku cadangnya meningkat 5,5 persen (year on year/YoY) terutama terjadi pada negara tujuan Arab Saudi, Filipina, dan Jepang. Tempo/Tony Hartawan
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan  dua tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia jika ingin mengekspor mobil, yaitu standar emisi dan model kendaraan yang diminati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kukuh menjelaskan, beberapa negara tujuan ekspor memiliki standar emisi Euro4 dan Euro5, sedangkan Indonesia masih tertinggal karena masih menggunakan standa Euro2. Standar emisi yang berbeda itu membuat pabrikan mobil di Indonesia membuat mobil dari dua lini produksi, satu untuk pasar domestik dan satunya lagi untuk pasar ekspor, sehingga dinilai kurang efektif.

Baca: Peluang Ekspor Mobil ke Australia Besar, tapi...

"Kalau tetap Euro 2, itu repot. Negara lain (tujuan ekspor) sudah menerapkan aturan gas buang yang ketat. Jadinya produksi punya dua lini produksi, satu untuk dalam negeri satu untuk ekspor. Mestinya cukup satu line untuk keduanya," kata Kukuh dalam diskusi Peluang dan Tantangan Model MPV di 2017 di Jakarta, Kamis, 23 Maret 2017.

Selain itu, sejumlah mobil MPV yang diekspor Indonesia masih menggunakan ladder sasis dengan bobot yang lebih berat sehingga juga mempengaruhi carbon tax di negara tujuan. "MPV yang masih menggunakan frame ladder akan terkena carbon tax karena berat kendaraan lebih berat," kata Kukuh kemudian menambahkan pabrikan juga membutuhkan waktu jika ingin memproduksi mobil yang lebih ringan karena berkaitan komponen mobil.

Simak: Ekspor Toyota Naik 76 Persen, Fortuner Jadi Unggulan

Kukuh juga menyoroti model mobil yang diminati negara tujuan ekspor bukanlah dari segmen MPV melainkan sedan dan pikap kabin ganda. "MPV bukan mobil yang diminati di Australia. Mereka sukanya sedan dan doubel cabin."

Di sisi lain, Kukuh mengingatkan produsen mobil untuk menjajaki peluang ekspor ke Australia. "Secara geografis lebih dekat ke Australia. Selisih waktu pengiriman dari Thailand dibandingkan Indonesia dalam pelayaran bisa hitungan hari," ucapnya.  "Bisakah setelah GM (General Motors) keluar dari Australia, kita melihat peluang ada di sana."

ANTARA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi