Presdir TMMIN: Buat Apa Ribut Soal Mobil Nasional
Reporter: Tempo.co
Editor: wawan priyanto
Kamis, 20 April 2017 08:00 WIB
Warih Andang Tjahjono (kanan). TEMPO/Frannoto
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Warih Andang Tjahjono resmi menjadi Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia pada awal bulan ini. Perusahaan dengan 95 persen saham Toyota Motor Corporation Jepang dan 5 persen PT Astra Internasional ini memproduksi 536 ribu mobil per tahun—169 ribu di antaranya diekspor--dari Kijang Innova, Vios, hingga Fortuner.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di luar Amerika Serikat dan Eropa, belum ada orang lokal yang mengepalai cabang Toyota, termasuk di Thailand, yang mulai berproduksi pada 1960-an, sepuluh tahun lebih awal ketimbang Indonesia. Posisi itu selalu diisi warga Jepang, seperti Masahiro Nonami, pendahulu Warih.

Baca:Toyota C-HR Siap Masuk Indonesia, Simak JadwalnyaPenjualan Mobil Terpukul Kenaikan Kredit Macet

Penunjukan Warih menjadi lebih istimewa karena Akio Toyoda, trah ketiga pendiri sekaligus Presiden Direktur Toyota Motor Corporation, memperkenalkannya kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Februari lalu. “Saat kunjungan Presiden ke Jepang pada Maret 2016, ada diskusi agar perusahaan dipimpin eksekutif lokal,” kata Warih, 53 tahun.

Warih adalah “produk asli Toyota”. Lulus dari teknik kimia Universitas Diponegoro pada 1989, ia bekerja di Toyota. Satu tugas awalnya mempersiapkan pembangunan pabrik di Karawang, Jawa Barat, yang mulai berproduksi pada 1998.

Ia juga ikut dalam riset pengembangan Kijang, minibus populer yang diproduksi di Indonesia sejak 1977. Ke dapan, Warih akan menggenjot pertumbuhan mobil hibrida. Ia mengatakan pemerintah harus melakukan intervensi lewat kebijakan dan regulasi. “Tanpa dukungan itu, mobil ramah lingkungan tak akan berjalan,” ujarnya.

Simak: Dalam 20 Tahun, Ekspor Yamaha Tembus Satu Juta UnitSuzuki Ignis Diklaim Irit BBM, Simak Hasil Ujinya

Warih menerima wartawan Tempo Reza Maulana, Wawan Priyanto, dan Raymundus Rikang untuk wawancara khusus di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kami, 30 Maret 2017. Ini merupakan wawancara panjang pertama Warih, yang diperkenalkan ke publik di Jakarta pada Senin, 17 April 2017.

Bagaimana Anda bisa terpilih menjadi Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia? Saya tahu soal penunjukan itu pada Februari. Ketika itu, saya dipanggil Mr Hiroyuki Fukui, Managing Officer Toyota Motor Corporation, dalam rapat yang cuma berlangsung 15 menit. Dia memberi tahu: Anda menjadi presiden direktur menggantikan Mr Nonami. Sifatnya penugasan, tak ada tawar-menawar.

Apa yang Anda pikirkan saat itu? Beneran nih? Enggak mimpi pada malam sebelumnya, ha-ha-ha…. Penunjukan ini adalah tanggung jawab yang berat, tapi yang penting saya bekerja saja.

Benarkah Presiden Joko Widodo yang pertama kali diberi tahu soal penunjukan Anda? Kunjungan tim Toyota yang dipimpin Mr Toyoda pada 13 Maret 2017 ke Istana Negara sebenarnya untuk membicarakan komitmen investasi kami. Sebab, saat kunjungan Presiden Jokowi ke Jepang pada Maret 2016, kami berjanji berinvestasi lebih besar. Di situ juga ada diskusi tentang usaha Toyota agar perusahaan afiliasi dipimpin eksekutif lokal. Sekalian saja Mr Toyoda menyampaikan ke Presiden Jokowi bahwa Toyota di Indonesia akan dipimpin orang lokal per April.

Bagaimana reaksi Presiden Jokowi? Beliau tersenyum saja.

Ada pesan khusus dari Presiden? Presiden Jokowi minta kami mengajak investor Jepang agar berbondong-bondong menanamkan modal di Indonesia. Selain itu, kami banyak berdiskusi tentang kendaraan rendah emisi karbon dan mobil hibrida.

Apakah Toyota sedang mengalami krisis figur eksekutif dari Jepang sehingga memilih orang lokal? Toyota selalu fokus mencari cara agar perusahaan afiliasi di luar Jepang bisa memberi kontribusi pada negara setempat. Mereka perlu mencari sumber daya manusia yang punya integritas dan dedikasi mewujudkan visi itu. Toh, semua perusahaan sedang bertransformasi menjadi korporasi global dengan lokalisasi manajemen di mana orang lokal berkesempatan memimpin.

Mengapa mengutamakan tenaga dalam negeri? Karena orang lokal yang paling tahu kondisi langsung perusahaan dan pasar domestiknya. Bohong kalau orang luar mengklaim lebih tahu kondisi Indonesia.

Seberapa besar kontribusi Anda pada perusahaan sehingga mereka terpikat? Saya bukan one man show. Sebab, tak seperti itu budaya perusahaan kami. Hal terpenting adalah bekerja sebagai tim. Bila selama 28 tahun bekerja dan ada banyak kemajuan di perusahaan yang dianggap bagian dari kontribusi saya, silakan dinilai. Prinsipnya, kantor pusat punya komite khusus untuk memilih pemimpin. Biasanya para eksekutif di tingkat regional akan mengusulkan nama-nama dan keputusannya ada di kantor Jepang.

Ada contoh eksekutif dalam negeri selain Anda? Di Asia-Pasifik, selain Jepang, memang baru saya orang lokal pertama yang memimpin perusahaan afiliasi. Bahkan Thailand, yang menjadi salah satu basis produksi, masih dipimpin eksekutif dari Jepang. Perusahaan afiliasi kami di Amerika Serikat dan Eropa sudah lebih dulu dipimpin orang lokal.

Berapa besar janji investasi Toyota yang disampaikan kepada Presiden Jokowi? Kami sudah berinvestasi sekitar Rp 13 triliun pada 2012-2014. Bahkan, pada saat kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Jepang, Mr Toyoda berjanji menanamkan modal sekitar Rp 4 triliun per tahun pada 2015-2019. Investasi itu adalah salah satu upaya kami menuju keseimbangan neraca perdagangan. Artinya, perusahaan harus semakin banyak menggunakan komponen lokal dan meningkatkan ekspor.

Alokasi investasi untuk apa saja? Kami mau fokus pada pengenalan model baru dan pabrik baru. Kami sudah punya pabrik Karawang Plant II, yang beroperasi sejak 2013, lalu kami akan mengembangkan lagi pabrik perakitan mesin di atas tanah 20 hektare. Ada juga investasi untuk memproduksi mobil Toyota Fortuner, Sienta, dan Avanza. Perubahan spesifikasi pada produk itu akan mengubah semua alat produksi. Walhasil, butuh modal yang besar juga.

Apa target dari investasi tersebut? Kami ingin memastikan permintaan konsumen bisa terpenuhi dengan segera. Kalau tidak begitu, kompetitor kami langsung merebut. Misalnya permintaan model baru, maka kami akan melakukan riset dengan basis keinginan masyarakat. Selain itu, pada 2020 ditargetkan ada 2 juta unit mobil yang bisa diproduksi secara nasional. Investasi memang harus lebih progresif karena kami menyiapkan tantangan industri otomotif di masa depan.

Apa tantangannya? Penyediaan model yang ramah lingkungan dan cocok dengan kebutuhan keluarga. Maka saya minta insinyur Toyota semakin peka menangkap kemauan konsumen lokal di masa depan.

Bukankah perusahaan sudah punya produk mobil hibrida yang ramah lingkungan? Lagi-lagi, kami harus cek ke pelanggan, model mobil hibrida macam apa yang cocok. Masyarakat Indonesia belum bisa menerima model ini karena pelanggan pasti berpikir untung-rugi. Teknologi hibrida ini sebenarnya menguntungkan karena bahan bakar ganda. Konsumsi energinya juga irit. Pemerintah juga tak perlu membangun infrastruktur baru, cukup dengan stasiun bahan bakar yang ada.

Namun pemakainya di Indonesia cuma segelintir karena harga yang 1,5 kali lebih mahal dibanding model yang sama dengan mesin konvensional... Karena itu kita harus memikirkan cara agar harga mobil hibrida setara dengan mobil konvensional. Mulai dari situ, konsumen perlahan melirik lalu tercipta kebiasaan serta penyesuaian pada model ini. Pada titik itulah, mobil hibrida bisa diterima. Di Thailand, Amerika Serikat, dan Eropa, semua orang sekarang ingin punya mobil hibrida.

Mungkin karena di sana harganya tidak beda jauh dari mobil konvensional? Di Thailand, misalnya, mereka menerapkan subsidi, tapi saya enggak tahu pasti jumlahnya.

Perlu insentif pajak agar harga mobil hibrida murah? Presiden Jokowi sudah minta Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengkaji keuntungan mobil hibrida, tapi belum sampai kalkulasi nominal. Yang penting, pemerintah sudah menyatakan komitmen mendukung dan peduli pada kendaraan yang efisien dan ramah lingkungan.

Mengapa tak sekaligus mengembangkan mobil bertenaga listrik yang lebih ramah lingkungan? Mobil hibrida itu tawaran paling realistis. Presiden Jokowi bahkan bilang bahwa pengembangan mobil listrik butuh dua-tiga kali lipat pembangunan infrastruktur baru, khususnya stasiun pengisian daya. Jarak tempuh mobil listrik tak sejauh mobil konvensional, sehingga harus sering mengisi daya. Kita juga harus mengantisipasi antrean karena durasi pengisian yang panjang.

Presiden sempat menyinggung program mobil pedesaan? Tidak. Mobil pedesaan otoritas Kementerian Perindustrian dan Institut Otomotif Indonesia. Toyota bertugas mendukung ide dari dua lembaga itu. Kami siap berbagi pengalaman dan pengetahuan di sektor industri otomotif. (Mobil pedesaan berkapasitas mesin di bawah 1.000 cc adalah kendaraan yang digagas pemerintah. Rencananya, purwarupanya diluncurkan pada Agustus 2017. Mobil yang dibanderol Rp 60 juta ini dapat digunakan di pegunungan hingga pesisir.)

Apakah karena berpengalaman dengan Kijang yang awalnya merupakan kendaraan niaga kelas bawah? Konsep mobil pedesaan tak sama dengan komposisi mobil yang ada sekarang. Esensinya adalah menunjang mobilitas di pedesaan, supaya arus logistik dan pemasaran petani dan nelayan berjalan lebih cepat.

Seberapa signifikan mobil pedesaan memacu pertumbuhan industri mobil nasional? Buat apa ribut soal mobil nasional? Jika industri kita bisa memproduksi mobil yang 100 persen komponen lokal murni, itu lebih nasionalis dari program apa pun. Ada 3.000 komponen per unit mobil. Bayangkan jika semuanya diproduksi dari sumber daya alam Indonesia, diolah di pabrik Indonesia, oleh tenaga kerja Indonesia, yang makan dari padinya petani Indonesia. Lebih-lebih kalau dijual ke luar negeri.

Gambaran konkretnya seperti apa? Pabrik otomotif memproduksi mesin, chassis, dan bodi. Sisanya dikerjakan supplier, yang sampai lapis ketiga. Tier 1 kami ada 140 perusahaan yang memasok ban, dasbor, bumper, jok, dan lainnya. Tier 2 menyediakan turunan produk-produk tersebut, seperti per untuk jok. Jumlahnya sekitar 300 usaha. Tier 3 seperti turunan per, sekitar 500-an usaha. Di sinilah industri berkembang. Karyawan kami 9.500 orang, tapi jumlah yang terlibat seutuhnya jauh lebih besar. Lapangan kerja terbuka.

Banyak konsumen menilai kualitas supplier Indonesia kalah dibanding Thailand. Apa penyebabnya? Ini soal waktu saja. Thailand sepuluh tahun lebih dulu berkembang, sehingga orang-orangnya belajar lebih awal.

Ada keuntungan langsung bagi konsumen jika mobil diproduksi di dalam negeri, misalnya harga lebih murah? Enggak bisa berdampak langsung. Struktur pricing banyak, termasuk pajak. Pemerintah bertugas mengembalikannya ke masyarakat lewat infrastruktur. Jadi, roda ekonomi berputar.

Berkembang pandangan bahwa pasar Indonesia diberi mobil dengan fitur-fitur yang dipangkas. Pembelaan Anda? Enggak lah. Konsumen kita malah semakin banyak permintaan. Misalnya, mobil-mobil yang kami kirim ke Jepang hanya menggunakan penyejuk udara dari dasbor, karena bangku urutan ketiga tak pernah diisi penumpang. Sedangkan di Indonesia, semuanya pakai AC double blower.

Soal perbedaan kapasitas mesin? Misalnya, Innova di Timur Tengah butuh mesin lebih besar, 2.400 cc. Itu karena mereka perlu tenaga besar supaya AC cepat dingin. Indonesia menggunakan mesin 2.000 cc karena tenaga sebesar itu (2.400 cc) tidak ada artinya bagi konsumen Indonesia. Malah meningkatkan biaya operasi.

Mengapa penggunaan seratus persen komponen lokal sulit terwujud? Definisi lokal di sini adalah komponen diberi nilai tambah, diolah, dan dirakit di Indonesia. Memang masih ada beberapa material mentah yang masih diimpor. Namun, kalau melihat Kijang, sekitar 85 persen sudah menggunakan komponen lokal.

Komponen apa yang belum bisa diproduksi di dalam negeri? Transmisi, sistem elektrik, dan komponen yang menggunakan resin, baja, dan karet. Kebanyakan diperoleh dari Jepang, Thailand, dan Filipina. Namun kami sudah berkolaborasi dengan perusahaan dalam negeri seperti PT Krakatau Steel, PT Indonesia Asahan Inalum, dan PT Chandra Asri Petrochemical, untuk mulai memproduksi komponen yang selama ini masih diimpor.

Kerja sama itu untuk menyiapkan produksi yang menggunakan komponen lokal murni? True localization memang jadi isu terpenting industri otomotif saat ini. Proses ini mengandalkan material yang ditambang dari perut bumi Indonesia sampai diolah di pabrik lokal. Penggunaan komponen berkategori true localization masih sekitar 60 persen. Dengan berbagai kerja sama dan optimalisasi industri hulu, kami bisa mewujudkan 75 persen komponen lokal murni pada 2021.

Apa kendala menerapkan penggunaan komponen lokal murni? Membangun industri pengolahan dari hulu sampai hilir membutuhkan investasi besar sekali. Sedangkan pasar dari industri ini masih belum jelas. Padahal, kalau industri hulu sampai hilir beres, tak hanya Toyota yang menikmati manfaatnya, semua pabrik membutuhkan.

Ada pendapat yang menyebutkan industri otomotif menjadi penghalang kemajuan transportasi massal. Apa tanggapan Anda? Saya ambil contoh Jepang. Di sana, transportasi massal berkembang dengan sangat baik, tapi pasar industri mobilnya masih tinggi, sekitar tiga juta unit per tahun. Ini soal paradigma memanfaatkan kendaraan pribadi. Di Jepang, mobil bukan alat transportasi utama sehari-hari. Mereka mengendarainya dari rumah ke stasiun, lalu naik kereta sampai pusat kota. Mobil dikendarai seharian saat akhir pekan saja. Cara ini lebih efisien.

Faktanya, masyarakat Indonesia enggan berganti-ganti moda transportasi seperti Jepang… Saya sudah melihat tren seperti itu di Jakarta. Misalnya, di stasiun Lenteng Agung dan Tanjung Barat. Toh, peluang industri otomotif bertumbuh masih sangat besar karena Indonesia tak hanya Jakarta. Angka kepemilikan mobil di Indonesia baru 80 per 1.000 orang. Di negara industri, bisa 650 sampai 750 per 1.000 orang. Kalau industri mobil tumbuh, pajaknya juga besar. Berarti anggaran negara bisa bertambah dan pemerintah wajib mengembalikannya ke masyarakat dalam bentuk pembangunan infrastruktur, termasuk transportasi massal.

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi