Test Drive Mitsubishi Mirage: Naik-naik ke Puncak Kalibiru
Reporter: Tempo.co
Editor: wawan priyanto
Rabu, 14 Juni 2017 20:00 WIB
mitsubishi Mirage
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Cuaca cukup bersahabat ketika saya mendarat di Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta, Selasa siang, pekan keempat, Mei lalu. Kondisi ini sangat berbeda ketika saya masih berada di area Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusumah satu jam sebelumnya, lumayan panas karena matahari tepat di atas kepala dan sedang terik-teriknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu melangkahkan kaki keluar bandara, pikiran saya langsung dijelali aneka menu makanan yang menjadi khas Daerah Istimewa Yogyakarta. Mulai dari sate klathak yang populer itu, soto ayam, gudeg, hingga aneka jajanan tradisional di depan Pasar Beringharjo. Ya, Yogyakarta memang populer dengan kulinernya. Candi Prambanan wajib dikunjungi saat ke Yogyakarta. TEMPO/Ridian Eka Saputra.

Tempo berkesempatan untuk mengeksplorasi Yogyakarta selama 2 hari. Waktu yang sangat pendek memang, tapi kami mencoba untuk memaksimalkannya. Tidak hanya soal kuliner, tapi juga wisata alam yang kini sedang digalakkan di Yogyakarta.

Jalan-jalan berwisata di Yogyakarta ini sekaligus kami melakukan test drive sebuah city car, Mitsubishi Mirage. Mobil ini merupakan hatchback mungil andalan PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) di pasar city car. Mitsubishi Mirage bertarung dengan kompetitor seperti Honda Brio, Toyota Etis Valco, Daihatsu Sirion, Nissan March, dan pendatang baru Suzuki Ignis.

Baca: Saat Hemat Bahan Bakar Mitsubishi New Mirage Diuji

Bicara soal Mitsubishi Mirage, saya termasuk orang yang menyukai berkendara dengan mobil kecil atau mobil kompak. Alasannya sederhana, mobil kecil sangat praktis dan mudah dikendarai, terutama saat melintas di jalanan sempit. Parkir juga lebih mudah dan tidak terlalu membutuhkan lebih banyak ruang.

Meski kecil, mini hatchback tetap bisa memuat lima penumpang. Ruang bagasi di belakang juga dapat digunakan untuk menampung berbagai kebutuhan seperti koper, cooler box, tas, dan sebagainya. Cukuplah untuk sebuah piknik kecil-kecilan. Bodi mungil Mirage cukup bersahabat saat melaju di jalanan sempit. TEMPO/Ridian Eka Saputra.

2 hari menjelajah keanekaragaman Yogyakarta dengan Mitsubishi Mirage tipe tertinggi, Exceed, rasanya memang sangat-sangat kurang. Tempo akhirnya memilih sejumlah destinasi untuk dikunjungi. Hari pertama, kami mengunjungi wisata Kalibiru di Kulon Progo. Lokasinya sekitar 37 kilometer dari Hotel Neo di Malioboro, tempat kami menginap. Waktu perjalanan menuju lokasi ini sekitar 1 jam.

Lokasi ini kami pilih karena medan jalan yang dilalui cukup menantang. Dari Malioboro, kami menuju ke arah barat, menyusuri Jalan Raya Magelang-Purwokerto. Disarankan untuk berangkat sepagi mungkin karena jika kesiangan jalanan cukup padat.

Simak: Mitsubishi Pamerkan Mobil Konsep GT-PHEV

Kondisi jalan utama di jalur selatan ini cukup mulus dan tidak terlalu ramai. Tantangan mulai terasa saat mobil memasuki Jalan Jembatan Clereng. Jalan ini yang menghubungkan langsung menuju puncak Kalibiru selepas keluar dari jalan utama Jalur Selatan di Sentolo.

Hanya saja, jalan ini memang tidak semulus jalan utama. Di sejumlah titik terdapat lubang besar yang memaksa pengemudi untuk lebih berhati-hati agar velg kendaraan aman dari benturan.

Beruntung, Mitsubishi Mirage dibekali suspensi yang baik.. Hal ini berimbas pada kenyamanan di dalam kabin, mobil terasa lebih nyaman meski melaju di jalanan berlubang. Jalan ini juga cukup ramai dilalui kendaraan, terutama truk sedang. Kondisi jalanan masih cukup bersahabat dan cenderung datar-datar saja. Tuas transmisi otomatis pada Mitsubishi Mirage. TEMPO/Ridian Eka Saputra. Memasuki Jalan Dipowono, kondisi jalan mulai sedikit menantang, khas sebuah daerah yang berada di kaki bukit dengan hamparan sawah di kiri dan kanan jalan. Di ujung Jalan Dipowono, jalanan mulai menanjak terjal dengan tikungan tajam. Di pos pertama, kira-kira 500 meter sebelum pos terakhir, jalanan menanjak cukup terjal dengan tikungan nyaris patah.

Petugas di pos pertama bahkan sempat mengingatkan agar memarkir kendaraan di pos pertama jika tidak yakin dengan kemampuan mobil untuk menanjak. Pilihan yang ditawarkan, mobil diparkir di pos pertama dan dilanjutkan dengan naik ojek sepeda motor. Biayanya Rp 5 ribu sekali jalan.

Simak: Ini Keunggulan Mesin Mitsubishi Pajero Sport-DAKAR

Tapi saya tetap memutuskan untuk naik. Saya yakin, Mitsubishi Mirage tipe Exceed bertransmisi otomatis yang saya kendarai ini mampu mencapai pos terakhir parkiran di obyek wiasata Kalibiru.

Sekadar catatan, Mitsubishi Mirage didukungan mesin tipe 3A92 berkonfigurasi tiga silinder dengan teknologi DOHC MIVEC khas Mitsubishi. Mesin berkapasitas 1.193 cc dengan empat katup per silindernya, sanggup menghasilkan daya sebesar 77.5 PS pada 6.000 rpm. Torsinya juga cukup besar untuk sebuah mobil city car, sebesar 10.2 Kgm pada 4.000 rpm. Kemampuan mesin ini kemudian diaplikasikan dengan transmisi CVT yang pas mendukung efisiensi bahan bakar.Start/Stop Engine pada Mitsubishi Mirage tipe Exceed. TEMPO/Ridian Eka Saputra.

Klaim efisiensi soal bahan bakar ini bukan tanpa dasar. Mitsubishi Motors menggandeng Lembaga Teknologi Fakultas Teknik (LEMTEK) Universitas Indonesia untuk menguji konsumsi bahan bakar New Mirage pada 26-27 Oktober 2016. Dalam kegiatan bertajuk “Uji Irit Bahan Bakar Mitsubishi New Mirage” itu, hasil yang diraih cukup mencengangkan. Konsumsi bahan bakar New Mirage transmisi manual adalah 1 liter mampu menempuh jarak 24,2 kilometer dan 1 liter mampu mencapai 22 kilometer dengan transmisi otomatis CVT.

Dengan metode full to full yang mengacu pada standar SAE J1082-200802, pengujian yang dilakukan oleh LEMTEK UI melibatkan enam unit New Mirage varian Exceed (2 unit), GLS (1 unit), dan GLX (1 unit). Ujian dilakukan dalam kondisi berkendara yang sesungguhnya melalui perkotaan, luar kota, jalan tol, dan jalan berbukit. Total jarak tempuh dalam pengujian mencapai 407 kilometer di area Jakarta, Ciawi, Puncak, Bandung, dan Purwakarta.

Kembali ke performa mesin, saat melaju di tanjakan terjal, mobil masih cukup enteng untuk menanjak tanpa harus mematikan AC. Padahal, mobil ditumpangi tiga penumpang dewasa dengan barang bawaan yang tidak sedikit di bagasi. Kami juga mencatat raungan mesin tak begitu terasa di dalam kabin meski mobil dipaksa merangkak naik di tanjakan terjal.

Di pos kedua, lagi-lagi kami diberhentikan petugas berbaju safari hitam. Dengan radio komunikasi, petugas tadi diberitahu rekannya di pos tiga bahwa di saat bersamaan ada dua unit mobil yang sedang turun dari pos terakhir. Berhubung jalanan sempit dan hanya cukup dilalui satu mobil, kami terpaksa menunggu.

Di sini, kami juga ditawarkan untuk memarkir kendaraan karena tanjakan di depan kami semakin terjal dengan tikungan nyaris patah. Bukan hanya satu, tapi ada tiga tanjakan dan tikungan patah yang harus kami taklukan. “Kalau tidak yakin (bisa naik), parkir di sini saja, mas. Ganti ojek,” kata petugas itu. Mitsubishi Mirage. TEMPO/Ridian Eka Saputra.

Saya tetap di dalam mobil, dan memutuskan hingga ke pos terakhir. Beruntung, jalanan di jalur menuju pos pemberhentian terakhir di Kalibiru ini sudah diaspal. Cukup mulus, sehingga kami juga semakin yakin membawa Mitsubishi Mirage naik hingga ke pos terakhir. Saat dua mobil dari puncak melewati pos kedua, giliran kami naik. Jaraknya masih sekitar 300 meter.

Benar saja, tiga tanjakan diikuti tikungan nyaris patah ada di hadapan kami. Kali ini kinerja mobil sedikit lebih keras karena tanjakan memang cukup terjal dan tinggi. Posisi shiftter (tuas transmisi) kami tempatkan di B (low gear). Hingga akhirnya kami sampai di puncak.

Menariknya, obyek wisata Kalibiru ini termasuk cukup rapi menyediakan kantung-kantung parkir untuk kendaraan roda empat maupun roda dua. Di kantung-kantung parkir ini terdapat banyak sekali kendaraan 4x4, yang memang cocok untuk beraktivitas di segala medan.

Di titik ini (pos ketiga), merupakan titik terakhir untuk kendaraan roda empat. Sebab, jalur dari pos ketiga menuju puncak Kalibiru dilanjutkan dengan berjalan kaki. Kira-kira jaraknya masih sekitar 300 meter, full menanjak. Kondisi jalannya cukup baik, beton keras dan di beberapa sisi ada anak tangga.

Bagi yang menyukai olahraga lari atau naik gunung, tentu bukan menjadi masalah. Tapi bagi yang tidak pernah beraktivitas naik gunung, diperlukan tenaga ekstra untuk bisa menikmati keindahan alam dari puncak Kalibiru. Di sisi jalan setapak menuju puncak terdapat sejumlah toko milik warga sekitar yang menjual aneka minuman dan makanan instan.

Juga ada warung sederhana yang menjual makanan tradisional khas Yogyakarta seperti undur-undur goreng, wader goreng tepung, belalang goreng, udang goreng, hingga gula aren. “Murah, mas. Undur-undur Rp 10 ribu, wader juga Rp 10 ribu, gula aren agak mahal, Rp 23 ribu per kilogram,” kata pemilik warung, Sakiem (58 tahun).

Dari puncak Kalibiru, kita dapat menikmati indahnya pemandangan Danau Sermo. Terdapat banyak obyek menarik untuk berfoto ria, dengan tiket antara Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu (tergantung lokasinya), kita dapat naik ke lokasi pemotretan yang dibuat dari kayu, mirip menara pengintai. Tentu saja, demi keamanan, setiap pengunjung yang berfoto ria wajib diikat dengan tali (sling) pada pinggangnya. Pengunjung berfoto dari salah satu spot di Kalibiru dengan pemandangan Danau Sermo. TEMPO/Wawan Priyanto.

Bagi yang mudik ke Yogyakarta dan sekitarnya, obyek wisata Kalibiru dapat dijadikan pilihan untuk rekreasi bersama keluarga. Lokasi ini sudah ditata dengan baik, dan memiliki beberapa spot menarik untuk dikunjungi. Misalnya saja, ada Spot Bundar yang berjarak sekitar 100 meter dari puncak Kalibiru.

Bagi yang menyukai pemandangan extrem dari ketinggian, dapat mencoba berfoto ria di Gardu Pandang Tingkat. Jaraknya sekitar 200 meter dari Puncak Kalibiru. Di lokasi ini, pengelola juga menyediakan sarana dan prasarana umum untuk mengakomodasi pengunjung. Mulai dari toilet, hingga mushola.

Lalu, berapa tiket masuknya? Masih sangat bersahabat dengan kantong. Berikut ini daftar harga tiket dan obyek wisata di Kalibiru.

Tiket masuk Kalibiru Rp 5.000 per orang (hari biasa) Rp 10.000 per orang (akhir pekan)

Biaya parkir Sepeda motor : Rp 2.000 Mobil : Rp 5.000 Elf : Rp 10.000 Bus : Rp 15.000

Biaya foto spot Spot 1 : Rp 15.000 Spot 2 : Rp 10.000 Spot 3 : Rp 10.000 Spot 4 : Rp 15.000

Paket wisata outdoor Rp 35.000 per orang, mendapatkan fasilitas climbing, sling1, spider web, flying fox, dan wooden bridge.

WAWAN PRIYANTO

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi