Pasca Brexit, Industri Otomotif Inggris Akan Mengalami Kemunduran  
Reporter: Tempo.co
Editor: Setiawan
Kamis, 22 Juni 2017 09:42 WIB
Perdana Menteri Inggris Theresa May (tengah), mencicipi sebungkus keripik saat berkampanye di Mevagissey, Cornwall, Inggris, 2 Mei 2017. REUTERS/Dylan Martinez
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Society of Motor Manufactures and Traders (SMMT) mengungkapkan industri otomotif Inggris akan mengalami kemunduran secara permanen jika pemerintah Inggris tidak mengamankan kesepakatan transisi dengan Uni Eropa setelah keputusan keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Terdampak Brexit, Pabrikan Otomotif Inggris Lego Saham “Kami minta pemerintah secara terbuka mencari pengaturan perdagangan sementara di mana Inggris tetap berada dalam aturan Uni Eropa dan idealnya dalam pasar tunggal selama masa negosiasi masih berlanjut," kata Mike Hawes, Chief Executive SMMT, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu, 21 Juni 2017.

Sebelumnya, Mike menjelaskan, Perdana Menteri Inggris Theresa May telah mengupayakan hal tersebut. Namun mengalami perundingan yang sulit dengan Uni Eropa.

Pemimpin negosiasi Uni Eropa, Michel Barnier, secara terang-terangan menuturkan kesepakatan seperti itu tidak dapat dilakukan sampai Inggris keluar dari Uni Eropa dalam waktu kurang dari 2 tahun.

Sementara itu, Menteri Keuangan Inggris (Chancellor of the Exchequer) Philip Hammond menyatakan dukungannya terhadap rencana kesepakatan transisi dengan Uni Eropa.

Menurut dia, hal tersebut membantu menghindari "halangan perdagangan" di mana Inggris memiliki tenggat waktu hingga Maret 2019 untuk melakukan sejumlah pembicaraan tanpa adanya pengaturan perdagangan sebelum akhirnya mengikuti aturan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

"Menerapkan aturan tarif dan bea cukai WTO akan merusak industri kita secara permanen, mengganggu rantai pasokan, dan membahayakan daya saing," ujarnya.

Pengaturan akhir untuk regulasi perdagangan juga meminta Uni Eropa menghitung komponen mobil yang dihasilkan produsen lokal Inggris. Saat ini, tercatat 44 persen komponen onderdil untuk memproduksi mobil buatan Inggris berasal dari pemasok lokal atau naik dari 2015 sebesar 41 persen.

Baca: Mobil Laku Keras di Inggris Menjelang Brexit “Sebagai bagian dari negosiasi, Inggris sebaiknya mencari akumulasi diagonal agar jumlah impor onderdil dari Uni Eropa sama seperti jumlah impor Inggris dan sebaliknya. Hal tersebut akan memberikan keuntungan paling tidak beberapa perjanjian perdagangan yang telah dimiliki Uni Eropa dengan 30 atau 40 negara berbeda,” ucapnya.

GRANDY AJI | SETIAWAN ADIWIJAYA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi