Jaguar Bangun Pabrik Mesin Pertama di Luar Inggris
Reporter: Tempo.co
Editor: Setiawan
Rabu, 26 Juli 2017 20:00 WIB
AP/Rafiq Maqbool
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, London -Jaguar Land Rover, produsen mobil mewah asal Inggris yang kini dimilik Tata Motors India akan membangun pabrik mesin di Cina. Ini merupakan pabrik mesin pertama yang dibangun di luar negeri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Kembangkan Mobil Swakemudi, Jaguar Gandeng Lyft Pabrik mesin tersebut merupakan bagian dari investasi senilai USD 1,6 miliar (Rp 21 triliun) di Negeri Tirai Bambu tersebut. Jaguar Land Rover sebelumnya sudah membangun pabrik perakitan bekerja sama dengan perusahaan lokal Chery Automobile Co.

"Pabrik mesin baru ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk pasar Cina," demikian penjelasan Jaguar Land Rover seperti dikutip dari Automotive News China, Rabu 25 Juli 2017.

Pabrik mesin yang berlokasi di Changsu akan membuat mesin baru Ingenium 2.0 L empat silinder untuk mobil berbahan bakar bensin. Pabrik perakitan yang dibangun tiga tahun lalu juga berlokasi di Changsu. Pabrik ini telah memproduksi Range Rover Evoque, Land Rover Discovery Sport dan Jaguar FXL yang merupakan versi lebar dengan wheelbase (jarak poros roda) yag lebih panjang.

Segmen compact crossover Jaguar E-Pace juga akan diproduksi di pabrik Changsu ini tahun depan. Selain di Cina, Jaguar E-Pace juga akan diproduksi di Austria.

Cina merupakan pasar potensial bagi Jaguar Land Rover. Tahun lalu, Cina menyumbang 20 persen penjualan global Jaguar Land Rover tahun lalu.

Jaguar memperrcepat proses produksi karena banyak membangun model baru. Tahun 2015, perusahaan ini memutuskan untuk membangun pabrik baru di Slowakia daripada memperluas operasional di Inggris.

Baca: Panasonic Jaguar Racing Ikut Balap Formula Mobil Listrik Keputusan Jaguar untuk memproduksi di luar Inggris juga karena kekhawatiran terhadap dampak Brexit. Sejak Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan bahwa Inggris akan keluar dari Pasar Tunggal Eropa (Brexit) memicu kekhawatiran produsen mobil global. Keputusan Brexit dikhawatirkan akan membuat Pemerintah Inggris akan mengubah kebijakan tarif ekspor.

SETIAWAN ADIWIJAYA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi