TEMPO.CO, Jakarta - Agen Pemegang Merek Mazda di Indonesia, PT Eurokars Motor Indonesia (EMI) masih mengandalkan impor untuk penjualannya. Sementara rencana pembangunan pabrik atau perakitan mobil masih dalam tahap pertimbangan.
Presiden Direktur EMI, Roy Arman Arfandy mengakui bahwa EMI masih mengandalkan Completely Built Up (CBU) ketimbang Completely Knock Down (CKD). Salah satu alasannya, karena volume penjualan masih belum masuk hitungan bisnis. EMI masih menghitung untung-rugi pembangunan pabrik.
"Kita lihat dulu, karena secara volume kita masih jauh untuk skala ekonomisnya. Kita juga masih terus menganilisis secara mendalam pasarnya,"ujar Roy di Jakarta Selatan, Senin 8 Juli 2019.
Roy berharap agar ada regulasi yang memudahkan bisnis otomotif, segmen Sedan di Indonesia. Khususnya pajak mobil jenis Sedan yang dianggap kemahalan. Alasan itu cukup masuk akal mengingat Mazda sendiri mayoritas menjual produk di segmen tersebut. Menurutny jika regulasi soal Sedan sudah sesuai dengan hitungan bisnis maka EMI bukan tifak mungkin segera membuka pabrik untuk bersaing serius dengan sejumlah kompetitor.
"Kalau aturannya (regulasi) mendukung, yah tentu kita akan lebih intensif lagi bicara dengan prinsipal," ujarnya.
Saat ini kita EMI masih fokus memasarkan produk-produk lama dengan mengandalkan varian-varian baru setiap tahunnya. Hal itu dianggap bisa mendongkrak angka penjualan Mazda. "Kita masih fokus dengan varian-varian baru. Makin banyak variannya makin besar juga volume (potensi penjualan) produk Mazda," kata dia.
Sekadar diketahui Mobil-mobil Mazda yang selama ini mengaspal di Indonesia mayoritas dirakit dari Jepang, Thailand, dan Malaysia.
Produksi Mazda6 di Jepang Dihentikan, Bagaimana Nasibnya di Indonesia?
20 Januari 2024
Produksi Mazda6 di Jepang Dihentikan, Bagaimana Nasibnya di Indonesia?
Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia Ricky Thio mengonfirmasi bahwa penghentian produksi Mazda6 tidak berdampak pada penjualan model tersebut di Indonesia.