Mobil Hidrogen Buatan ITS Menghabiskan Biaya Hingga Rp 250 Juta

Reporter

Wira Utama

Minggu, 11 Agustus 2019 15:18 WIB

Mobi Antasena FCH 1.0 karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini menggunakan bahan bakar fuel cell atau hidrogen. (ITS)

TEMPO.CO, Jakarta - Mobil hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle dan mobil listrik atau Baterai Electrical Vehicle (Hybrid, Plug-in Hybrid, dan BEV) pada dasarnya sama-sama digerakkan oleh motor listrik. Bedanya, mobil hidrogen menggunakan reaksi kimia hasil konversi gas hidrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik sedangkan BEV menyimpan listrik dibaterai sebagai sumber energi.

"Kita hanya menggunakan gas hidrogen dan oksigen sekitar untuk dikonversi menjadi tenaga listrik dan menjadi gas hidrogen lagi. Nah, untuk alatnya atau mesinnya itu disebut Fuel Cell,"ujar Manager General Antasena, Ghalib Abyan kepada Tempo, Sabtu, 8 Agustus 2019.

Lebih lanjut, Ghalib menjelaskan bahwa mobil hidrogen merupakan generasi terbaru atau bisa dibilang terakhir dari pengembangan mobil listrik dunia. Alasannya mobil hidrogen benar-benar murni ramah lingkungan, sebab tak lagi menggunakan baterai yang memakai komponen lithium.

Hingga saat ini, belum ada teknologi yang bisa mengolah limbah baterai lithium menjadi energi baru. Seperti bahan bakar hidrogen, yang sama sekali tidak memiliki polusi karena emisinya adalah air (H2O) dan bisa diubah lagi menjadi energi. "Ketika fuel cell, performanya bagus sampai di atas 60 persen itu dia bisa menghasilkan air, yang bisa di-recycle lagi menjadi gas hidrogen," ujarnya.

Mobil hidrogen telah dipasarkan di beberapa negara seperti Inggris, Jerman, dan Jepang. Seperti Toyota Mirai Fuel Cell EV, Honda Clarity. Sayangnya teknologi mobil hidrogen belum sempurna, masih diperlukan riset mendalam bagaimana mobil ini benar-benar bisa menjadi pilihan untuk industri otomotif masa depan. Khusus Indonesia, teknologi mobil hidrogen dianggap masih jauh panggang dari api.

Advertising
Advertising

"Untuk pengembangan mobil hidrogen ini cukup sulit. Karena fasilitas dan pabrikan belum ada," ujar dia.

Selain itu kata Ghalib, pengembangan mobil hidrogen membutuhkan biaya yang tak sedikit. Dia mencontohkan, bagaimana tim Antasena kewalahan membuat mobil hidrogen Antasena FCH 1.0 karena di Indonesia belum memiliki fasilitas yang memadai.

"Kita tidak memiliki fasilitas untuk mengembangkan hidrogen, jadi kita impor barang-barang. Engine (Fuel Cell) itu kita impor dari Amerika. Terus spare parts lainnya, dari Singapura dan Malaysia. Karena impor, otomotis kena cukainya mahal,"ujar Ghalib.

Harga untuk mesin Fuel Cell sendiri kata dia, berkisar Rp 80 juta. Lalu komponen-komponen lain yang meskipun kecil, harganya lumayan. Total dana pembuatan FCH 1.0 berkisar Rp 250 jutaan. "Detail dan segala macamnya, saya tidak hapal, yang jelas totalnya Rp 200 sampai Rp 250 juta," ujarnya.

Teknologi mobil hodrogen sendiri memang untuk saat ini masih terbatas di beberapa negara-negara maju. Semisal, Jepang, Inggris, Jerman, dan Prancis, bahkan di Jerman kabarnya sudah ada gas station khusus hidrogen.

Untuk diketahui Antasena merupakan Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November atau ITS, yang selama ini fokus dalam pengembangan mobil hidrogen. Dalam beberapa kompetisi, Antasena pernah meraih berbagai penghargaan di dunia internasional. Terakhir mereka mewakili Asia dalam ajang ShellEco-Marathon Drivers' World Championship di London bulan Juli 2019 lalu.

Sebelumnya Antasena membuat kendaraan berbahan bakar hidrogen pertama kali pada tahun 2012. Saat itu, mobil konsep ciptaan mereka diberi nama Antasena PEV yang kemudian diikutkan dalam ajang kompetisi mobil hemat energi Shell Eco-marathon Asia 2012.

Dari situ, Antasena terus mengembangkan teknologi mobil hidrogen. Segudang penghargaan telah diraih. Sayangnya pada ajang terakhir di London, Antasena tak bisa berbicara banyak. Ghalib dkk yang turun di kelas Urban Hydrogent tidak tembus tiga besar. Mereka hanya finish di peringkat sembilan.

"Kita kalah riset karena tidak punya fasilitas yang memadai seperti tim-tim dari Eropa yang didukung langsung perusahaan seperti Airbush untuk pembuatan bodi, dll. Fuel Cellnya juga didukung pemerintah mereka. Tim yang juara kemarin, model dukungannya seperti itu," ucap Ghalib, yang juga berharap dukungan dari berbagai stakeholder di Indonesia dalam pengembangan mobil hidrogen.

Berita terkait

Bambang Pramujati Resmi Dilantik Sebagai Rektor ITS Periode 2024-2029

2 hari lalu

Bambang Pramujati Resmi Dilantik Sebagai Rektor ITS Periode 2024-2029

ITS melantik Bambang Pramujati sebagai rektor baru periode 2024-2029, menggantikan Mochamad Ashari.

Baca Selengkapnya

ITS Buka Jalur Mandiri, Bisa Bebas Uang Pangkal dan Bisa Pakai KIP Kuliah

7 hari lalu

ITS Buka Jalur Mandiri, Bisa Bebas Uang Pangkal dan Bisa Pakai KIP Kuliah

Cara daftar jalur mandiri ITS untuk dapat beasiswa bebas uang pangkal.

Baca Selengkapnya

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

9 hari lalu

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

Implementasi program kendaraan listrik dinilai harus didukung ekosistem yang memadai.

Baca Selengkapnya

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

11 hari lalu

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

Kenaikan transaksi di SPKLU tersebut tercatat hingga H+7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

14 hari lalu

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

Tesla akan terus mengembangkan robotaksis self-driving, yang dikembangkan dari platform kecil, yang akan digunakan untuk mobil listrik murah Tesla.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah ITS 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

15 hari lalu

Biaya Kuliah ITS 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri Beasiswa ITS tahun akademik 2024

Baca Selengkapnya

Mudik Lebaran Dibayangi Masalah Kemacetan dan Infrastruktur, Dosen ITS Jelaskan Perspektif Perencana Transportasi

15 hari lalu

Mudik Lebaran Dibayangi Masalah Kemacetan dan Infrastruktur, Dosen ITS Jelaskan Perspektif Perencana Transportasi

Momentum mudik kali ini kembali diiringi oleh permasalahan yang terjadi dari tahun ke tahun.

Baca Selengkapnya

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

15 hari lalu

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

PLN menjamin ketersediaan SPKLU di Banten untuk mendukung pemudik yang menggunakan mobil listrik.

Baca Selengkapnya

ITS Targetkan 30 Persen Mahasiswa Dapat Beasiswa, Dana Pencairannya Meningkat Sejak 2020

16 hari lalu

ITS Targetkan 30 Persen Mahasiswa Dapat Beasiswa, Dana Pencairannya Meningkat Sejak 2020

ITS berencana meningkatkan jumlah mahasiswa penerima beasiswa.

Baca Selengkapnya

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

16 hari lalu

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

PLN UP3 Surakarta telah menyiagakan sejumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dalam tol dan luar tol di wilayah kerjanya untuk momentum Lebaran 2024. Persiapan itu mendapat animo positif para pemilik kendaraan listrik dengan penggunaan SPKLU yang tercatat hingga 216 pengguna selama periode Siaga Lebaran mulai 1 hingga 16 April 2024.

Baca Selengkapnya