Polusi Ban Lebih Buruk 1.000 Kali dari Emisi Gas Buang

Reporter

Terjemahan

Minggu, 22 Maret 2020 15:53 WIB

Ilustrasi Ban Mobil. TEMPO/Wawan Priyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Tren peralihan mesin konvensional atau bahan bakar fosil ke mobil listrik tentu memberikan kabar yang bagus untuk lingkungan. Hanya saja berdasarkan penelitian baru dari Emission Analytics, polusi dari keausan ban bisa 1.000 kali lebih buruk daripada polusi dari emisi gas buang.

Masalah partikel berbahaya dari ban adalah masalah lingkungan yang terus berkembang, dan dengan semakin banyak kendaraan yang lebih besar dan lebih berat seperti SUV yang melaju di jalan, masalahnya semakin buruk. Kendaraan listrik yang lebih berat juga berkontribusi terhadap masalah ini.

Tidak seperti peraturan emisi gas buang, polusi keausan ban tidak diatur sama sekali. Emisi gas buang sangat ketat diatur sehingga mobil saat ini cenderung menghasilkan sangat sedikit partikel berbahaya, tetapi hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk ban, atau bahkan rem yang menimbulkan masalah serupa.

Batas emisi gas buang yang diatur adalah 4,5 miligram per kilometer, tetapi emisi keausan ban dapat mencapai 1.000 kali lipat, dengan jalan yang rusak, dan ban yang tidak terinflasi.

"Sudah waktunya untuk mempertimbangkan tidak hanya apa yang keluar dari knalpot mobil tetapi polusi partikel dari keausan ban dan rem," kata Richard Lofthouse, Peneliti Senior di Emissions Analytics. "Tes awal kami mengungkapkan bahwa mungkin ada jumlah yang mengejutkan dari polusi partikel dari ban 1.000 kali lebih buruk daripada emisi dari knalpot mobil."

Advertising
Advertising

"Yang lebih menakutkan adalah bahwa sementara emisi gas buang telah diatur dengan ketat selama bertahun-tahun, keausan ban benar-benar tidak diatur apalagi meningkatnya pertumbuhan penjualan SUV yang lebih berat dan mobil listrik bertenaga baterai, emisi non-gas buang (NEE) adalah masalah yang sangat serius. "

Nick Molden, CEO Emission Analytics menambahkan tantangan bagi industri dan regulator adalah lubang hitam yang hampir lengkap dari informasi konsumen yang masih disibukkan dengan emisi gas buang. Dalam jangka pendek, pemasangan ban berkualitas lebih tinggi adalah salah satu cara untuk mengurangi NEE ini.

"Namun pada akhirnya, industri mobil mungkin harus menemukan cara untuk mengurangi berat kendaraan. Apa yang tidak diragukan lagi peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini."

MOTOR1

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

4 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

4 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

5 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

9 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

11 hari lalu

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

Jakarta, Medan, dan Makassar masuk dalam daftar survei Smart City Index 2024.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

14 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

37 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya