Pandemi Corona, Bos VW Berharap Pasar Mobil Akan Pulih Juni 2020
Reporter
Terjemahan
Editor
Wawan Priyanto
Sabtu, 18 April 2020 15:14 WIB
TEMPO.CO, Frankfurt - Volkswagen mengatakan penjualan mobil mereka turun 23 persen selama Januari-Maret karena terdampak pandemi virus corona (COVID-19). Meski demikian, VW berharap pasar mobil di Cina, pasar mobil terbesar di dunia, segera membaik setelah pandemi virus corona mereda.
Bos Volkswagen Cina, Stephan Woellenstein, seperti dilansir Reuters, 18 April 2020, menyebut pasar mobil di Cina akan melampat pada bulan April ini. Mengacu pada pasar mobil di negara itu secara keseluruhan, Woellenstein mengatakan penurunan penjualan pada bulan April diperkirakan antara 15 persen dan 20 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan penurunan pada bulan Maret, pada puncak pandemi, mencapai 40 persen.
"Jika hal-hal berlanjut seperti sekarang (pademi corona), kita bisa mencapai level penjualan seperti tahun lalu di bulan Juni," katanya. "Kami melihat pasar mobil akan kembali normal pada musim panas."
Dia menambahkan bahwa penjualan Volkswagen di Cina lebih baik dibanding di negara lain setelah pandemi corona merebak. Namun pemulihan lebih lanjut bergantung pada apakah Beijing menerapkan langkah-langkah bantuan ekonomi.
Melaporkan penjualan globalnya pada bulan Maret, Volkswagen mengatakan pengiriman unit ke konsumen turun 37,6 persen atau 623.000 kendaraan Year on Year.
Ini terjadi setelah pandemi memicu penutupan pabrik dan penurunan penjualan karena konsumen berada di rumah saat lockdown diberlakukan. Situasi ini kemudian membuat aktivitas bisnis terhenti dan meningkatkan kekhawatiran akan resesi global.
Di Eropa barat, penjualan Volkswagen sepanjang Maret turun 44,6 persen YoY. Di Eropa tengah dan timur mereka turun 23,1 persen, di Amerika Utara mereka turun 42 persen di Amerika Utara dan di Cina mereka turun 35 persen.
Penurunan penjualan secara global diperkirakan lebih tajam di bulan April karena dampak dari lockdown untuk meredam pandemi corona. Volkswagen pada hari Kamis, 16 April 2020, merevisi proyeksi bisnis untuk tahun 2020 karena ketidakpastian terkait dengan virus corona, yang menyebabkan laba operasi turun 81 persen pada kuartal pertama tahun ini.