Strategi Isuzu Songsong E-Commerce di tengah Pandemi Covid-19
Reporter
Antara
Editor
Jobpie Sugiharto
Rabu, 4 November 2020 10:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Ernando Emily mengatakan krisis ekonomi dan kesehatan akibat pandemi Covid-19 telah mengubah tidak hanya pola hidup masyarakat, tetapi juga pola bisnis.
Dia menerangkan pandemi membuat masyarakat harus bekerja dari rumah dan sebisa mungkin tidak keluar rumah. Pola ini mendorong industri e-commerce berkembang pesat.
"Dampaknya, industri logistik juga mengalami pertumbuhan di masa pandemi Covid-19,” ujar Ernando hari ini, Rabu, 4 November 2020.
Menurut dia, saat menghadapi pandemi Covid-19 banyak pelaku bisnis hanya berfokus pada strategi reaction, seperti penerapan protokol kesehatan. Namun melupakan tiga strategi lainnya, yakni recession, rebound, dan reimagine.
Itu sebabnya PT Isuzu Astra Motor Indonesia sebagai salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM) Isuzu mencoba membidik sektor logistik.
“Isuzu meningkatkan produktivitas unit kendaraan yang digunakan oleh pelaku usaha, termasuk sektor logistik."
Isuzu menyediakan armada yang irit bahan bakar dan siap dengan Euro-4 hingga menyediakan solusi biaya kepemilikan dan operasional yang paling kompetitif. Peningkatan produktivitas mobil Isuzu penting karena menjadi salah satu kunci menyeimbangkan kenaikan biaya operasional dan investasi.
Alhasil, pangsa pasar Isuzu meningkat mulai Juni 2020, dari 25,7 persen naik menjadi 28,6 persen pada Juli 2020. Tapi edikit melemah pada Agustus 2020 menjadi 25,1 persen, kemudian meningkat menjadi 26,3 persen pada September 2020.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil wholesales di Indonesia berangsur membaik pada Juni, yakni 12.623 lalu Juli 25.283, Agustus naik lagi menjadi 37.277, dan September yang tertinggi selama pandemi Covid-19 dengan 48.554 unit.
Sebelumnya, data Kementerian Keuangan menyebutkan selama pandemi transaksi pembelian lewat e-commerce meningkat 18,1 persen menjadi 98,3 juta transaksi dengan total nilai transaksinya meningkat 9,9 persen menjadi Rp 20,7 triliun.
Indonesia akan memasuki ASEAN Connectivity pada 2025, nantinya tidak hanya orang tapi juga barang yang terhubung. Dampaknya, akan terjadi penurunan biaya lebih dari 6 persen dari seluruh proses dari hulu sampai hilir.
Pengamat ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy memproyeksikan, pada 2025 ukuran pasar e-commerce di Indonesia 50 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Singapura, atau Vietnam.
“Proyeksi saya kira tidak berlebihan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang relatif besar selalu menjadi potensi market bagi industri apapun,” ujarnya.
Menurut Yusuf Rendy, dengan berkembangnya industri teknologi digital, seperti e-commerce, tentu ada efek multiplier yang dirasakan industri lain, termasuk industri logistik.