Hyundai Dituntut Konsumen karena Baterai Mobil Listrik Mudah Terbakar

Reporter

Terjemahan

Rabu, 18 November 2020 07:20 WIB

Hyundai Logo (REUTERS/Lee Jae-Won)

TEMPO.CO, Seoul - Hyundai Motor dituntut konsumen atas serangkaian kebakaran baterai di kendaraan listriknya (EV). Mobil listrik Hyundai menggunakan baterai buatan LG Chem, sama seperti 70.000 mobil listrik General Motors yang juga ditarik karena masalah yang sama.

Pada 8 Oktober 2020 Hyundai Motor melakukan penarikan kembali atau recall terhadap 51 ribu Kona EV secara global karena risiko kebakaran sel baterai. Penarikan ini melibatkan 25.564 unit mobil listrik Kona yang diproduksi antara September 2017 hingga Maret 2020.

Pemilik Hyundai Kona EV, seorang pegawai negeri Korea Selatan yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya Kim, termasuk di antara sekitar 200 orang yang mengajukan gugatan class action terhadap Hyundai minggu lalu.

Kim dan dua pengacara yang mewakili mereka kepada Reuters mengatakan bahwa tuntutan yang diajukan adalah kompensasi atas kerugian dan penyusutan nilai mobil listrik karena masalah yang timbul. ,

Kim telah memulai upaya petisi untuk menuntut produsen mobil yang berbasis di Seoul itu setelah merek mobil listrik yang sama terbakar di lingkungannya. Ia menyebut kebakaran itu memaksa sekitar 20 warga untuk mengungsi dari rumah mereka.

Salah satu pengacara mengatakan mereka awalnya mengajukan 8 juta won (setara Rp 101,5 juta dengan kurs saat ini 1 won = Rp 12,69) per penggugat tetapi mereka dapat meningkatkan tuntutan saat persidangan dilanjutkan.

Penggugat ingin Hyundai mengganti seluruh paket baterai - bagian paling mahal dari kendaraan - dari Kona EV mereka, tidak hanya memperbarui perangkat lunak, seperti yang diberikan dalam recall atau penarikan kembali perusahaan.

Penjualan mobil listrik naik secara global karena teknologinya menjanjikan transportasi yang lebih bersih, dengan biaya turun dan jarak tempuh yang meningkat. Tetapi risiko kebakaran yang muncul dari baterai karena terlalu panas dapat membuat perkembangan mobil listrik terhambat.

Penarikan kembali dapat berarti kerusakan reputasi serta finansial bagi Hyundai dan pembuat mobil lainnya, yang mendorong ke pasar EV untuk memenuhi peraturan emisi yang lebih ketat dan menantang pemimpin pasar Tesla Inc. Masalah tersebut juga dapat mengurangi permintaan konsumen untuk EV.

"Baterai yang tidak aman itu seperti bom," kata Park Chul-wan, seorang ahli baterai Korea Selatan seperti diwartakan
Reuters.

Serangkaian kebakaran yang melibatkan produsen mobil, termasuk GM, BMW dan Ford Motor Co, mengungkap tantangan yang dihadapi industri dalam mengelola risiko teknologi baru dan tekanan untuk meningkatkan produksi dan kinerja baterai.

GM mengatakan pada hari Jumat menarik 68.677 EV dengan baterai LG Chem, setelah lima kebakaran yang dilaporkan dan dua cedera ringan. Hyundai telah menarik kembali secara global lebih dari 74.000 Kona EV, mobil listrik terlarisnya, setelah 16 di antaranya terbakar di Korea Selatan, Kanada, dan Eropa dalam dua tahun.


Badan keamanan Korea Selatan sedang menyelidiki penyebab kebakaran Kona. Hyundai dan LG Chem disebut dapat menghadapi penggantian biaya hingga US$540 juta (Rp 7,5 triliun) jika mereka harus mengganti semua baterai yang terkena dampak, menurut para analis.

Dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Hyundai mengatakan penyebab kebakaran tidak jelas tetapi pihaknya menduga bahwa kerusakan internal pada baterai mungkin menjadi penyebabnya. Hyundai saat ini masih menyelidiki kasus tersebut dengan pemasoknya dan kementerian transportasi.

Hyundai mengatakan tidak mempertimbangkan menyisihkan uang untuk penarikan kembali karena mengharapkan perbaikan perangkat lunaknya akan dapat mencegah kebakaran dengan mendeteksi masalah.

"Kami terus memantau situasi setelah pembaruan (sistem manajemen baterai) dan kami akan terus mencoba meminimalkan ketidaknyamanan konsumen di masa mendatang," kata Hyundai.

Seorang juru bicara LG Chem berkata, "Kami akan bekerja sama dengan Hyundai Motor dan General Motors melanjutkan penyelidikan untuk mengidentifikasi penyebab pasti" dari kebakaran itu.

CEO LG Chem Hak Cheol Shin mengatakan kepada Reuters bulan lalu bahwa sistem baterainya sangat kompleks, menunjukkan masalah mungkin disebabkan oleh komponen lain yang dibuat oleh pemasok Hyundai.

“Sebagai pemasok komponen utama sistem baterai, kami jelas merasa bertanggung jawab. Tetapi sampai penyebab yang jelas ditentukan, kami tidak dapat mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut, "katanya.

Selain masalah di Hyundai dan GM, Ford baru-baru ini menawarkan untuk mengganti paket baterai kendaraan hybrid plug-in Kuga karena risiko kebakaran, dengan mengatakan bahwa ini dapat membuat produsen mobil kehilangan US$ 600 juta pada paruh kedua, termasuk biaya untuk memenuhi peraturan emisi di Eropa.

Ford dan BMW menarik kembali kendaraan yang menggunakan baterai Samsung SDI Co, dengan alasan cacat produksi sel. Seorang juru bicara Samsung SDI mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab kebakaran tersebut.

Tesla diselidiki oleh otoritas keamanan AS atas peningkatan perangkat lunak baterai beberapa kendaraan setelah terjadi kebakaran pada kendaraan.

Hyundai dan LG Chem berselisih tentang akar penyebab kebakaran saat badan keamanan Korea Selatan menyelidiki kasus tersebut. LG menyangkal sel baterai rusak.

Para penggugat mendesak Hyundai untuk mengambil tindakan yang lebih tegas. "Sementara mengakui kekurangan pada baterai, perusahaan Anda telah mengandalkan kebijakan yang salah - penggantian perangkat lunak, yang hanya perbaikan sementara - untuk mengulur waktu," kata mereka dalam sebuah surat kepada produsen mobil yang dilihat oleh
Reuters.

Seorang wanita berusia 35 tahun, yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya Shin, mengatakan dia harus mengevakuasi kompleks apartemennya saat fajar dengan bayinya di kereta dorong bulan lalu setelah Kona EV terbakar. Ia mengklaim kebakaran itu membuat ruang bawah tanah (basement), tempat Kona EV diparkir, penuh dengan kobaran api.

"Bau barang elektronik yang terbakar dan asap menyapu seluruh lingkungan," kata Shin kepada
Reuters.

Sebelum kebakaran, dia yakin EV baik untuk lingkungan. Sekarang, katanya, dia memberi tahu kerabatnya untuk tidak membelinya.

“Kendaraan listrik baru saja menjadi sesuatu yang sangat saya takuti.”


Hyundai Kona EV di Indonesia

Hyundai Kona EV dan Hyundai Ioniq EV resmi dipasarkan di Indonesia pada 6 November 2020.

Service General Manager Hyundai Motors Indonesia (HMID) Putra Samiaji mengatakan Kona EV yang dipasarkan di Indonesia bebas dari recall tersebut.

“Recall untuk Kona EV memang dilakukan untuk produksi dalam kurun waktu tertentu. Untuk di Indonesia, tidak termasuk dalam batch produksi yang terkena recall,” kata Putra usai peluncuran secara online.


“Kami selaku agen pemegang merek (APM) selalu bertanggung jawab terhadap apa yang kami pasarkan dan kami akan selalu update bila ada perkembangan lanjutan.”




Berita terkait

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

13 jam lalu

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

Selain Indonesia, ada negara-negara lain yang membujuk Tesla untuk berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

3 hari lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

13 hari lalu

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

Implementasi program kendaraan listrik dinilai harus didukung ekosistem yang memadai.

Baca Selengkapnya

5 Chaebol dari Korea Selatan di Dunia Nyata

13 hari lalu

5 Chaebol dari Korea Selatan di Dunia Nyata

Kalangan Chaebol memiliki kekayaan dan pengaruh besar di Korea Selatan. Dinamika kehidupan mereka kerap dijadikan cerita drakor.

Baca Selengkapnya

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

14 hari lalu

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

Kenaikan transaksi di SPKLU tersebut tercatat hingga H+7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

18 hari lalu

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

Tesla akan terus mengembangkan robotaksis self-driving, yang dikembangkan dari platform kecil, yang akan digunakan untuk mobil listrik murah Tesla.

Baca Selengkapnya

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

18 hari lalu

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

PLN menjamin ketersediaan SPKLU di Banten untuk mendukung pemudik yang menggunakan mobil listrik.

Baca Selengkapnya

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

19 hari lalu

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

PLN UP3 Surakarta telah menyiagakan sejumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dalam tol dan luar tol di wilayah kerjanya untuk momentum Lebaran 2024. Persiapan itu mendapat animo positif para pemilik kendaraan listrik dengan penggunaan SPKLU yang tercatat hingga 216 pengguna selama periode Siaga Lebaran mulai 1 hingga 16 April 2024.

Baca Selengkapnya

GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

19 hari lalu

GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

Di setiap lokasi rest area SPKLU terdapat posko siaga PLN yang dapat dimanfaatkan para pengguna mobil listrik untuk beristirahat dan menunggu pengisian baterai.

Baca Selengkapnya

7 Orang Terkaya di Dunia Versi Forbes, Pemilik Louis Vuitton Kalahkan Bos Amazon dan Tesla

24 hari lalu

7 Orang Terkaya di Dunia Versi Forbes, Pemilik Louis Vuitton Kalahkan Bos Amazon dan Tesla

Forbes merilis orang terkaya di dunia, nomor 1 Bernard Arnault pemilik Louis Vuitton. Selanjutnya Jeff Bezos dan Elon Musk. Prajogo Pangestu ke berapa

Baca Selengkapnya