Mengarungi Separuh Sumatera Bersama Hyundai Creta
Reporter
Tempo.co
Editor
Mohammad Reza Maulana
Selasa, 24 Mei 2022 07:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Apa hal yang paling perlu kita persiapkan jika menempuh 2.950 kilometer perjalanan darat? Kesampingkan dulu makanan dan pakaian, jawabannya adalah mobil yang nyaman. Setidaknya, begitu pengalaman Tempo yang saat mudik Lebaran 2022 mengitari separuh Sumatera dalam sebelas hari, mulai 28 April sampai 8 Mei 2022. Dari Jakarta ke Merak, lalu dari Bakauheuni menuju Palembang, Lubuk Linggau, Solok, Padang, dan Bukittinggi. Lalu kembali ke Jakarta lewat Pesisir Barat, Bengkulu, Krui, dan Bandar Lampung. Kami menggunakan Hyundai Creta.
Sulit untuk tidak jatuh cinta pada Hyundai Creta--yang diproduksi di Bekasi, Jawa Barat mulai 17 Januari 2022. Hal pertama yang membuat kami langsung jatuh hati adalah panoramic sunroof. Banyak pengguna mobil di Indonesia menganggap sunroof dan moonroof sebagai fitur sia-sia dengan alasan terik matahari. Tapi, bagi kami, kaca yang terbentang di hampir seluruh permukaan atap membuat kabin jadi terasa jauh lebih lega, pemandangan lebih luas, dan pencahayaan lebih kaya. Toh, cukup menekan satu tombol untuk menutup dan menjadikannya atap biasa.
Membedah Hyundai Creta terbaru:
Di tipe Prime--varian tertinggi Hyundai Creta yang dibanderol Rp 401 juta--, panoramic sunroof menjadi fitur bawaan. Pembeli tipe lain bisa mendapatkan fungsi ini dengan tambahan Rp 15 juta. Sejauh pengamatan kami, panoramic sunroof otomatis seperti ini hanya bisa didapatkan di mobil di atas Rp 600 jutaan. Pesaing di kelas small SUV, All New Honda HR-V, misalnya, juga punya atap kaca, tapi perlu melepas dan menggesernya secara manual.
Namanya mudik Lebaran, pasti kena macet. Kami, bersama puluhan ribu pengendara lain mulai terjebak macet di Jalan Tol Jakarta-Merak kilometer 95. Untuk mencapai pintu tol di kilometer 98 sampai naik ke lambung kapal, kami butuh tujuh jam.
Sepanjang kemacetan itu, sistem Electronic Parking Brake dan Auto Hold sangat, sangat meringankan tugas pengemudi. Dengan mengaktifkan Auto Hold, kita tinggal menekan rem lebih dalam untuk membuat mobil diam meski gigi tetap berada di posisi drive. Jika antrian bergerak, cukup menekan gas dan mobil langsung berjalan seperti biasa. Saat diam lama, seperti yang kami alami selama empat jam Dermaga Fery Ekspres Merak-Bakauheuni, cukup memencet--tepatnya, mengungkit--tombol Parking. Tidak ada lagi tarik-lepas rem tangan seperti mobil-mobil generasi lalu.
Mendarat di Pelabuhan Bakauheni, kami langsung tancap gas melintasi Jalan Tol Lintas Sumatera. Di jalan bebas hambatan yang menghubungkan Lampung dan Palembang sejauh 370 kilometer itu, saya sebagai pengemudi tunggal sangat terbantu Lane Assist. Dengan mengaktifkan fungsi ini, kamera depan memindai markah jalan untuk memastikan Hyundai Creta kita berada di posisi teraman, yaitu di tengah lajur. Setir akan otomatis bergerak mengikuti arah jalan.
Seperti namanya, Lane Assist untuk membantu penyetiran, bukan sistem pengemudian otomatis. Tanda peringatan akan muncul di monitor speedometer jika kita melepas tangan dari setir lebih dari lima detik.
Notifikasi akan berbunyi jika kita hendak berpindah jalur tanpa mengaktifkan lampu sein. Mobil ini juga punya sensor di kedua sudut belakang untuk memastikan kita berada di jarak aman dari kendaraan di belakang saat hendak pindah jalur. Namanya Blind-spot Collision-avoidance Assist. Notifikasi suara dan lampu indikator di kaca spion akan memberitahu tingkat keamanan saat hendak pindah jalur, bahkan kendaraan akan mengerem secara otomatis jika dianggap membahayakan. Ibarat punya kernet yang membantu memantau perpindahan jalur.
Perpaduan Lane Assist, Blind-spot Collision, dan Cruise Control--fitur pengatur kecepatan tanpa menekan pedal gas--membuat Jalan Tol Lintas Sumatera menjadi lintasan paling mudah di sepanjang safari mudik kami.
Perjalanan melintasi Sumatera ibarat bermain video game. Setiap daerah memiliki karakter jalan yang berbeda. Perlintasan Palembang-Lubuklinggau--keduanya di Sumatera Selatan--dimulai dengan jalur yang rata dengan kelokan-kelokan tumpul. Namun, banyak truk. Di sini, saya mengganti Drive Mode ke Sport supaya mendapat tarikan lebih responsif untuk menyalip truk. Mode Sport juga saya teruskan saat jalan mendaki memasuki Lubuklinggau.
Bayarannya adalah konsumsi bensin yang jadi lebih boros, di sekitar 13-15 kilometer per liter--sama seperti saat pemakaian normal digunakan di dalam kota.
Selepas Lubuklinggau dan melintasi Jambi, jalurnya kebanyakan lurus. Jalan pun relatif lebih sepi. Di etape ini, saya mengandalkan Mode Economic untuk berhemat bensin sampai 20 kilometer per liter.
Di Solok, Sumatera Barat, saya sangat terbantu Forward Collision-avoidance Assist. Ini merupakan fitur peringatan untuk menghindari risiko tabrakan dari arah depan. Di Jambi, tanda peringatan ini dua kali muncul dan berbunyi. Namun, baru di Solok, pada Ahad, 1 Mei lalu, fitur ini sampai pada fungsi utamanya, yaitu pengereman otomatis.
Saat itu, di jalan yang cuma muat dua mobil, Honda Scoopy yang ditunggangi dua ABG perempuan di depan kami berhenti mendadak dan membuat Hyundai Creta mengaktifkan pemberhentian darurat. Anak saya, 7 tahun, yang duduk tak menyandar kursi belakang kesakitan karena terbentur jok depan, sementara dua pengendara motor itu berbelok sembari cengengesan.
Selama sebelas hari bersama Creta, saya menyimpulkan bahwa fitur-fitur yang Hyundai tawarkan bukan sekadar gimmick. Awalnya, saya menganggap Bluelink, teknologi yang menghubungkan Creta dan ponsel, cuma buat keren-kerenan. Misalnya men-stater dan menyalakan AC mobil dari telepon genggam. Namun, aplikasi ini berguna saat alarm Creta meraung saat mobil terparkir di Padang, dan saya tidak menyadarinya. Saya baru ngeh belakangan saat ada notifikasi di ponsel.
Kami, tepatnya, anak saya, juga secara tidak sengaja memencet tombol panggilan darurat 24 jam saat terjebak macet di Bukittinggi, Sumatera Barat. Siapa yang sangka, lima detik kemudian petugas layanan emergecy Hyundai menyahut dari ujung sambungan telepon. Dia menanyakan keluhan dan mengkonfirmasi lokasi kami berdasarkan garis bujur dan lintang.
Fungsi lain yang kami rasakan sekali manfaatnya adalah pengaturan lampu jauh otomatis. Sensor di kamera depan Hyundai Creta dengan sigap menangkap cahaya lampu dan langsung menggantinya dengan lampu dekat, sehingga tidak mengganggu pandangan kendaraan dari arah berlawanan.
Saat pulang, kami memilih jalur berbeda, yaitu Jalan Lintas Barat Sumatera, demi memperkaya pengalaman berkendara. Suspensi empuk Creta membuat kami tetap nyaman melintasi jalanan berlubang belasan kilometer di Bengkulu Utara, juga di Lampung Utara.
Di etape ini, kami sangat terbantu oleh sistem pemantauan tekanan ban. Sekitar 50 kilometer di selatan Bengkulu, muncul peringatan tekanan ban belakang kanan anjlok tiba-tiba, dari 38 Psi jadi 26 Psi. Lewat mata awam, tak terlihat ban mengempis. Beruntung, sekitar 3 kilometer di depan ada tukang tambal ban. Baut tajam yang melubangi ban itu langsung dicabut dan ban ditambal. Fitur monitoring tekanan ban kembali berfungsi saat mengisi angin karena pengukur tekanan milik si abang rusak.
Satu-satunya ketidaknyamanan yang kami rasakan bersama Hyundai Creta adalah saat hendak keluar dari parkiran di pinggir jalan. Sebab, fitur Rear Cross-traffic Collision-avoidance Assist menangkap kesan bahwa kita hendak langsung masuk ke jalan. Karena ada mobil atau sepeda motor melintas, meski dari jauh, fungsi pengereman darurat sontak berfungsi. Padahal, kita hanya ingin memposisikan mobil lebih dekat ke bibir jalan. Jika sudah begini, siap-siap saja diteriaki tukang parkir yang kesal melihat mobil kita tidak kunjung bergerak.
Secara keseluruhan, kesulitan di parkiran tersebut tidak mempengaruhi kenyamanan kami mudik Lebaran 2022 dengan Hyundai Creta. Indikatornya sederhana saja, usai mengarungi perjalanan hampir 3.000 kilometer selama sebelas hari, tidak ada kelelahan berlebihan yang membekap kami bertiga--saya sebagai pengemudi tunggal, istri, dan anak.
REZA MAULANA
Baca juga: Mudik Lintas Jawa - Bali dengan Wuling Almaz RS, Dijamin Antibosan
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.