TEMPO.CO, Jakarta - Pembalap Formula E memiliki potensi mengalami cedera tangan yang lebih parah dibandingkan dengan driver Formula 1 (F1). Padahal, F1 memiliki kecepatan mobil yang jauh lebih cepat ketimbang mobil balap listrik Formula E.

Cedera tangan menjadi yang paling sering dialami oleh pembalap Formula E. Tidak diragukan lagi bahwa patah tangan lebih umum terjadi di balap mobil listrik ini daripada cedera jenis lain yang lebih mengancam jiwa.

Kecelakaan di Formula E menimpa pembalap Belanda, Robin Frijn baru-baru ini dalam seri Meksiko. Pembalap Formula E ABT Cupra itu mengalami kecelakaan di babak pembukaan kejuaraan musim ini dan mengalami cedera yang membutuhkan waktu delapan minggu untuk pulih.

Frijn mengalami kecelakaan di lap pembuka E-Prix Meksiko setelah menabrak bagian belakang mobil lain. Mobil Frijn melakukan kontak dengan mobil di depan pada bagian roda kiri depan. Akibat kecelakaan itu, Frijn mengalami robek di tangannya.

Pembalap berusia 31 tahun ini mengatakan bahwa itu merupakan cedera terburuk selama kariernya di dunia balap. Bahkan, tulang tangan Frijn terlihat dari robekan pada tangannya. Lantas apa yang berpotensi menyebabkan cedera tersebut?

Mobil Formula E tidak memiliki power steering, yang berarti pengemudi harus bekerja lebih keras untuk memutar setir. Selain itu, mobil listrik Formula E juga memiliki sudut kastor yang relatif tinggi, yang berarti pengemudi mengalami torsi antara 20 Nm dan 35 Nm di setir.

Sebagai perbandingan, pembalap F1 hanya mengalami torsi antara 12 Nm dan 15 Nm berkat power steering. Kemudian, rasio kemudi Formula E dapat diputar lebih banyak daripada mobil F1. Artinya, jika terjadi kecelkaan, roda akan berputar lebih banyak dan mengirimkan torsi lebih banyak ke tangan pengemudi.

DICKY KURNIAWAN | CARSCOOPS

Pilihan Editor: Jadwal Formula 1 Kanada: Mercedes Tak Berpikir Bisa Ungguli Red Bull Racing

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto