Suzuki Jadi Pabrikan Penghasil Emisi Tertinggi, Toyota Ketiga

Jumat, 20 Oktober 2023 15:00 WIB

Suzuki Grand Vitara akan hadir di Indonesia di IIMS 2023. (Foto: Maruti Suzuki)

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan investigasi Greenpeace Asia Timur mengungkapkan bahwa pabrikan mobil Jepang, Suzuki menjadi jenama yang menghasilkan emisi paling tinggi. Hal ini dikarenakan Suzuki tidak memiliki kendaraan listrik dalam jajaran produknya, hanya hybrid ringan dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).

Dalam penilaian yang dilakukan Greenpeace, Suzuki meraih hasil 3,2 poin dari total skor 100. Suzuki tercatat belum menjual kendaraan listrik murni hingga saat ini.

"Kinerja dekarbonisasi dan elektrifikasi Suzuki hampir tidak ada, di saat hampir semua produsen mobil besar beralih dari kendaraan ICE," tulis Greenpeace dalam laporannya tersebut, dikutip dari laman Carscoops hari ini, Jumat, 20 Oktober 2023.

Sementara itu, peringkat kedua ditempati pabrikan mobil Cina, Great Wall Motor (GWM) dengan poin 10,8 poin dari 100. Lalu Toyota mengikutinya di peringkat ketiga dengan 11,9 poin, diikuti Nissan 13,9 poin, dan Honda 14,7 poin.

Greenpeace melaporkan bahwa Toyota hanya menjual 400 unit mobil pada 2022 secara global. Sementara itu GWM yang memiliki penjualan mobil listrik cukup tinggi, tidak mampu meraih poin maksimal dalam hal dekarbonisasi rantai pasokan.

Advertising
Advertising

Pabrikan mobil yang meraih poin tinggi dalam hal emisi gas buang dan dekarbonisasi adalah Mercedes-Benz, yakni 41,1 poin dari 100. Kemudian, diikuti pabrikan mobil Jerman lainnya, yakni BMW dengan poin 40. Penjualan mobil listrik BMW berkontribusi 10,32 persen terhadap total penjualannya, sementara Mercedes 7,25 persen.

"Pada akhirnya, kita memerlukan produsen mobil tradisional untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik. Merek-merek seperti Toyota dan Hyundai menghadapi ancaman pasar yang sangat nyata dari semua produsen kendaraan listrik seperti Tesla dan BYD, namun dalam menghadapi perkembangan teknologi, mereka mengalami hambatan," kata Wakil Direktur Program Greenpeace Asia Timur, Ada Kong.

Greenpeace mendesak para produsen mobil untuk mengakhiri penjualan kendaraan bermesin pembakaran di Eropa pada 2028. Sementara untuk wilayah Amerika Serikat, Tiongkok, Korea, dan Jepang, penjualan ICE diharapkan bisa dihentikan pada 2030.

Lebih lanjut Greenpeace juga menginginkan penghentian ICE ini dibarengi dengan investasi daur ulang baterai dan dekarbonisasi. Mereka juga meminta rantai pasokan baja sekaligus transisi yang adil bagi pekerja industri otomotif untuk beralih ke elektrifikasi.

DICKY KURNIAWAN | CARSCOOPS

Pilihan Editor: Brad Binder Terdepan di Practice MotoGP Australia, Marc Marquez di Belakang

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto

Berita terkait

Greenpeace Anggap Perpres Energi Terbarukan Melenceng dari Komitmen Paris Agreement

4 jam lalu

Greenpeace Anggap Perpres Energi Terbarukan Melenceng dari Komitmen Paris Agreement

Greenpeace mengkritik Pemerintah Indonesia yang masih menolerir proyek PLTU. Pemenuhan Paris Agreement 2015 masih jauh panggang dari api.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Kritik Rencana Bahlil Bagi-bagi Izin Tambang ke Ormas

15 jam lalu

Greenpeace Kritik Rencana Bahlil Bagi-bagi Izin Tambang ke Ormas

Greenpeace Indonesia mengkritik rencana Menteri Bahlil Lahadilia bagi-bagi izin tambang ke Ormas keagamaan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung Toyota Gazoo Racing Indonesia Berlaga di Kejuaraan Balap Internasional

3 hari lalu

Bamsoet Dukung Toyota Gazoo Racing Indonesia Berlaga di Kejuaraan Balap Internasional

Bamsoet mendukung Toyota Gazoo Racing Indonesia (TGRI) yang akan mengirimkan atlet balap untuk mengikuti berbagai kejuaraan balap bergengsi di Internasional.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

10 hari lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

11 hari lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

11 hari lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

12 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

14 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

16 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

16 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya