TEMPO.CO, Yogyakarta - Kegiatan festival skuter skala nasional pertama di Indonesia, Indonesia Scooter Festival berlangsung meriah di Yogyakarta, Sabtu, 23 September 2017. Dalam kegiatan bertajuk 'Bervespa Kita Berbudaya' yang dipusatkan di halaman Gedung Jogja Expo Center (JEC) itu, beragam brand skuter produksi berbagai negara di masa silam hingga terkini dipamerkan untuk pertama kalinya ke publik.
Tak kurang 20an merek skuter dari para pecinta skuter Indonesia memukau pengunjung karena bentuknya yang unik. Mulai skuter yang mesinnya menggunakan turbin pesawat hingga skuter yang dipakai para serdadu pada masa perang dunia II ada!
"Kegiatan ini untuk edukasi kepada masyarakat, bahwa skuter itu menjadi saksi sejarah dunia, bukan sekadar kendaraan," ujar Ketua Panitia Indonesia Scooter Festival Dwi Yudha kepada Tempo.
Baca: Cerita Dodit Berburu Onderdil Vespa Tua Hingga ke Thailand
Peserta kegiatan ini berasal dari pecinta skuter berbagai negara seperti Malaysia, Prancis, Italia, Thailand, dan Indonesia sendiri.
Pantauan Tempo, pengunjung paling antusias mengerubungi deretan skuter tua yang bentuknya masih orisinil dengan rata-rata tahun produksi 1950 an.
Di deretan skuter lawas itu, ada sebuah skuter merek Corgi produksi Brockhouse Engineering Southport LTD Inggris. Skuter Corgi warna hitam produksi tahun 1953 itu pernah dipakai para tentara Inggris juga Amerika saat perang dunia II karena praktis dengan bentuk yang kecil.
Simak: Asiknya Belajar Sejarah Dunia dari Skuter Klasik
Tak hanya itu, yang bikin berdecak adanya skuter Faka, produksi pabrikan Slatzgitter- Bad Jerman yang membuat pengunjung tak berkedip. Skuter panjang ini bagian mesinnya menggunakan turbin pesawat.
Faka sendiri sebelum memproduksi skuter nya pada tahun 1953, merupakan produsen pesawat sehingga bentuk intake pesawat jet ikut dicomot dan ditanam dalam bodi skuternya.
Ada juga skuter berbodi bongsor bagian depannya dengan lebar satu meter namun ramping bagian samping produksi Zundap bernama Bella. Skuter yang dibuat oleh pabrikan peralatan perang asal Jerman yang berdiri tahun 1917 itu konon terinsipirasi bentuk tubuh anjing Greyhound yang ramping dan cepat berlari.
Simak: Kisah 100 Hari Fabio Salini Naik Vespa dari Italia ke Yogyakarta
Dalam deretan skuter lawas itu, pengunjung justru sulit menemukan skuter populer merek Vespa. Merek yang mendominasi justru pabrikan Jerman dan Inggris. Tak ketinggalan, skuter-skuter tua buatan negeri sakura seperti Mitsubishi Motor dan Fuji Rabbit Junior buatan tahun 1946-1968 turut dipajang dengan bentuk masih orisinil yang tak kalah unik.
Satu lagi, ada lagi Vespa asal Jepara yang seluruh bodinya sudah diganti dengan kayu jati dengan ukiran detil di tiap sudutnya.
Ketua komunitas pecinta skuter Id.946 Jakarta, Adhitya alias Dodit menuturkan ajang seperti ini penting karena menjadi wahana untuk Indonesia tahu sejarah skuter dunia yang berhubungan dengan sejarah Indonesia pula.
"Dulu Vespa masuk Indonesia sebagai kendaraannya para pastur, untuk fungsi menyebarkan ajaran agama," ujar Dodit yang getol memburu skuter tua hingga Thailand itu.
Sebaran skuter tua di Indonesia, ujar Dodit, kebanyakan di daerah yang memiliki dermaga pelabuhan. Indonesia pernah memiliki pabrik Vespa tahun 1960-1980. Namun karena kebijakan pemerintah pada industri otomotif kala itu amat protektif, pabrik Vespa di Indonesia tutup dan memindahkan pabrik ke Vietnam. Sejak saat itulah, para pecinta Vespa di Indonesia sulit melacak jejak, seri apa saja Vespa juga skuter lain yang beredar di Indonesia.
"Dan kegiatan ini salah satu fungsinya untuk memancing para kolektor skuter keluar dari sarangnya," ujar Dodit terkekeh. Meski diakui, para pemilik jenis vespa legendaris produksi pertama tahun 1946, tak ikut terpancing untuk pamer pada event itu.
"Infonya ada satu-dua orang Indonesia yang berhasil nemu Vespa tahun 1946, harganya miliaran rupiah," ujar Dodit.
Uniknya event yang digelar dari tanggal 23-24 September 2017, pengunjung dengan tiket Rp 30 ribu bisa mendapat kesempatan meraih undian berhadiah berupa motor Vespa VBB tahun 1964Â yang sudah dimodifikasi full retro senilai Rp 60 juta.
PRIBADI WICAKSONO