TEMPO.CO, Jakarta - Pembalap Yamaha Indonesia, Galang Hendra Pratama membeberkan pengalamannya saat berlaga dalam kejuaraan dunia WSSP 300. Dalam kejuaraan tersebut, Galang sempat masuk enam besar, tapi harus pasrah di pertengahan lomba karena ada kerusakan pada elektronik. Saat kualifikasi pun Galang masuk 10 besar, sementara rekan senegaranya, Ali Andrian, tak masuk 20 besar.
Baca: Cerita Galang Hendra Soal Gagal dalam Debut Perdana di WSSP 300
Ia mengatakan regulasi yang dianut Asia Road Racing Championship di kelas 250 cc lebih longgar dibanding kejuaraan WSSP 300. "Di sana (WSSP 300), hampir semuanya standar," katanya saat berkunjung ke kantor Tempo, Selasa, 10 Oktober 2017.
Galang mencontohkan, penggunaan cover cooling harus sesuai dengan standar. Padahal cover cooling yang dipakai di WSSP 300 sudah ditinggalkan sejak 2015. "Kalau sekarang sudah free," ujarnya.
Tak hanya itu, Galang menyebutkan velg pada balap WSSP 300 masih menggunakan original buatan pabrik. Berbeda dengan ARRC, velg yang dipakai balap merupakan produk aftermarket. Sebagian besar tim menggunakan velg Galespeed, yang terbuat dari forged aluminium yang ringan, tapi kuat. Meski demikian, Galang menyatakan velg buatan pabrik juga masih aman.
Baca: Yamaha Janjikan Galang Hendra Naik Kelas Jika Sukses di Portugal
Sedangkan soal kinerja tim, Galang Hendra menuturkan hal yang dilakukan mekanik Yamaha di tim Eropa tak banyak berbeda dengan tim lokal di ARRC. Mereka sama-sama menggunakan dataloger, mapping elektronik, seting sproket, dan seting suspensi. "Saya juga banyak memberikan masukan kepada tim setelah mencoba motor pada latihan bebas," ucapnya.