TEMPO.CO, Jakarta - Nissan Motor Co Ltd mengumumkan laporan keuangan untuk periode enam bulan pertama tahun fiskal 2017. Perusahaan membukukan laba usaha sebesar 281,8 miliar yen dari pendapatan bersih 5,65 triliun yen. Dibandingkan tahun lalu, jumlah tersebut turun 13,24 Persen.
Pihak Nissan mengatakan bahwa skandal inspeksi kendaraan di pabrik Jepang dan masalah kantung udara di Amerika Serikat menjadi satu penyebab turunnya laba perusahaan. Tanpa biaya khusus untuk kedua hal itu, perusahaan mengklaim laba usaha di semester pertama tahun fiskal 2017 mencapai 322,6 miliar yen.
Baca: Inilah 11 Mobil Baru Mitsubishi Setelah Beraliansi dengan Nissan
Pada kuartal kedua, tanpa biaya khusus, laba operasi tercatat naik 9,2 Persen menjadi 169,3 miliar yen. Hal ini disebabkan naiknya permintaan di wilayah Jepang dan Cina. Penjualan mobil Serena, Note e-Power, X-Trail, dan Sylphy meningkat di kedua negara itu.
Penjualan di Cina juga menunjukan tren positif. Laporan berbasis tahun kalender di wilayah ini naik 6,7 persen menjadi 651.000 unit. Pangsa pasar sebesar 5,2 persen dengan permintaan tertintggi tipe mobil X-Trail dan Sylphy.
Nissan juga bernasib baik di Eropa, termasuk Rusia. Di sana penjualan naik 3,6 persen menjadi 375.000 unit yang menghasilkan penguasaan pasar sebanyak 5,2 persen. Model kendaraan Qashqai dan Micra menjadi pendorong di wilayah ini.
Baca: Beda dari Toyota-Daihatsu, Mitsubishi-Nissan Tak Berbagi Desain
Kontras dengan negara lain, penjualan Nissan di Amerika Serikat turun tipis 0,4 persen menjadi 779.000 unit. Hal tersebut terjadi di tengah pasar kendaraan bermotor yang turun 2,1 persen.
Di wilayah lain, penjualan Nissan naik 2,3 persen menjadi 390.000 unit karena pertumbuhan kuat di Amerika Latin dan Afrika, mengimbangi pasar yang lesu di Timur Tengah, Asia dan Oceania.
BISNIS.COM