TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPR Setya Novanto mengalami nasib naas setelah mobil Toyota Fortuner yang ditumpanginya menabrak tiang lampu di Jalan Permata Berlian, Jakarta Selatan, Kamis malam, 16 November 2017. Kecelakaan itu tidak sampai membuat airbag atau kantung udara mengembang.
Pendiri Smart Driving Institute dan Instruktur Defensive Driving Karman Mustamin mengatakan bahwa untuk membuat airbag itu mampu mengembang pada saat terjadi kecelakaan diperlukan pemicu. Misalnya saja, kecepatan mobil pada saat menabrak. Obyek yang ditabrak, posisi mobil saat tabrakan dan sebagainya. “Harus dilihat prosesnya, bukan setelah terjadi kecelakaan. Orang saat ini fokus melihat Toyota Fortuner setelah kecelakaan,” kata Karman kepada Tempo, Jumat, 17 November 2017.
Baca: Mobil yang Ditumpangi Setya Novanto Tak Rusak Parah
Analisa saya, lanjut dia, mobil itu kecepatannya jauh berkurang saat menabrak tiang lampu. Karman menduga kecepatan mobil saat terjadi kecelakaan berkisar antara 60-80 kilometer per jam. Mobil oleng yang bisa saja disebabkan karena pengemudi teledor, sambil memainkan telepon genggam, lalu menabrak pembatas jalan , lompat ke trotoar, menyerempet pohon, lalu berakhir di tiang lampu.
“Proses itu mulai dari menabrak trotoar dan pohon sudah membuat laju mobil berkurang. Saat menabrak tiang lampu, tidak lagi menenuhi syarat kecepatan yang dapat menyebabkan airbag mengembang,” ujarnya.
Simak: Begini Kronologi Kecelakaan Setya Novanto Versi Pengacara
Manager Technical Service PT Toyota Astra Motor Iwan Abdurrahman menjelaskan bahwa airbag memiliki dua jenis sensor. Sensor depan yang terletak di sekitar headlamp. Sensor ini akan mendeteksi tabrakan arah depan. Sementara sensor tengah terletak di dalam kabin, tepatnya dibawah lantai di bawah audio.
Jika tabrakan yang terjadi begitu besar, maka energi atau getaran tabrakan akan terus ke kabin dan dideteksi oleh sensor ini. “Artinya, tabrakan yang terjadi harus cukup kuat untuk mengaktifkan airbag tersebut,” ujarnya.
Sementara untuk mencegah cedera, lanjut Iwan, terdapat fitur seatbelt yang berfungsi untuk menahan tubuh penumpang sehingga risiko kecelakaan juga dapat diminimalisir.
Karman juga mengingatkan kepada masyarakat untuk memperhatikan faktor keselamatan dalam berkendara. Khususnya bagi penumpang belakang. “Saya menduga, Setya Novanto tidak menggunakan seatbelt saat duduk di kursi baris kedua. Dan saya rasa masih banyak penumpang belakang yang belum sadar pentingnya seatbelt ini untuk mengurangi risiko cedera saat terjadi kecelakaan,” kata Karman.