TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Investor Astra International Tbk, Tira Ardianti, optimistis penjualan segmen otomotif perusahaan bisa terjaga pada tahun ini. Ia memprediksi pertumbuhan otomotif Astra relatif tidak berbeda jauh dengan target Gaikindo, yaitu kurang dari 2 persen.
Beberapa faktor yang akan menjadi pendorong penjualan, kata Tira, ialah penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah, kemungkinan adanya model baru, hingga perayaan Asian Games dan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serentak. Aspek lainnya yang dianggap bisa membantu ialah mulai menggeliatnya harga komoditas.
Meski demikian, Tira enggan berharap banyak penjualan otomotif bisa bergairah seperti pada 2014. "Kami akan cermati faktor pendorong itu. Bisa jadi tumbuh, tapi tidak akan signifikan," kata dia kepada Tempo, Kamis, 18 Januari 2018.
Baca: Penjualan Toyota 2017 Anjlok, 4 Mobil Ini yang Tak Sukses
Dari laporan keuangan hingga September 2017, Astra sanggup mengantongi laba bersih sebesar Rp 14,18 triliun atau tumbuh 26 persen secara year on year. Sementara itu, pendapatan bersih emiten berkode ASII tersebut mencapai Rp 150,22 triliun atau bertumbuh 14 persen. Pada periode yang sama pada tahun lalu, pendapatan bersih Astra sebesar Rp 132,29 triliun.
Kontribusi paling besar perusahaan disumbang dari segmen otomotif sebesar Rp 6,57 triliun atau sekitar 46 persen dari total laba grup. Kontribusi kedua terbesar datang dari segmen jasa keuangan yang mencapai Rp 2,94 triliun. "Dua pertiga profit kami dari otomotif dan auto consumer finance," ucap Tira.
Simak: Gaikindo Turunkan Target Penjualan Mobil Niaga, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, lembaga riset Frost & Sullivan memperkirakan penjualan kendaraan bermotor tahun ini bisa menyentuh angka 1,125 juta unit atau tumbuh 4,6 persen. Senior Vice President of Mobility Frost & Sullivan, Vivek Vaidya, mengatakan kehadiran model baru bisa menjadi pendorong penjualan. "Rendahnya suku bunga acuan bisa semakin meningkatkan penjualan tahun ini," kata dia.
Namun Vivek melihat sentimen negatif yang bisa menekan angka penjualan kendaraan. Dia menyatakan pelaku industri harus mewaspadai kenaikan harga minyak dunia yang bisa menekan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kenaikan harga minyak dunia, kata dia, secara tidak langsung bisa berdampak pada target penerimaan pajak, yang ujung-ujungnya menekan industri kendaraan bermotor.
Simak: Penjelasan Gaikindo Soal Pentingnya Penjualan Mobil Sedan
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mematok target konservatif tahun ini. Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, memprediksi angka penjualan kendaraan roda empat tahun ini sebesar 1,1 juta unit atau naik 1,8 persen dibanding 2017, dengan kuantitas penjualan 1,079 juta unit. Gaikindo mencatat total produksi mobil hingga November 2017 mencapai 1,13 juta unit.
Bila melihat sejumlah indikator sepanjang tahun lalu, Jongkie tetap menaruh harapan akan ada pertumbuhan penjualan kendati tidak besar. Menurut dia, di luar pengaruh global, ada beberapa indikator yang bisa menjadi pendorong penjualan, yakni inflasi yang terjaga di level rendah dan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan harga bahan bakar. "Pendorong lainnya ialah proyek infrastruktur pemerintah," kata dia.
Berikut ini perkembangan penjualan otomotif selama lima tahun terakhir.
- 2012: 1.116 juta
- 2013: 1.229 juta (tumbuh 10,2 persen dari 2012)
- 2014: 1.208 juta (turun 1,8 persen dari 2013)
- 2015: 1.013 juta (turun 16,1 persen dari 2014)
- 2016: 1.062 juta (tumbuh 4,9 persen dari 2015)
- 2017: 1,079 juta (tumbuh 1.6 persen dari 2016)
(Sumber: Gaikindo)