TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Asosiasi modifikator dan aftermarket Indonesia (National Modificator & Aftermarket Association/NMAA), Andre Mulyadi, meyakini tahun 2018 industri modifikasi mobil akan didominasi dengan tren proper atau kendaraan dikreasikan dengan mengedepankan unsur kelayakan dan fungsionalitas.
"Jadi kami sangat yakin, pada 2018 trennya modifikasi mobil-mobil yang proper, atau mobil yang menjalankan fungsinya. Bukan hanya mejeng saat kontes saja, tapi tetap bisa digunakan," kata Andre kepada wartawan saat mengumumkan keikutsertaan NMAA Indonesia pada pameran Osaka Automesse, Kamis 25 Januari 2018.
Baca: NMAA Bawa Mercedes-Benz Custom ke Pameran Otomotif di Jepang
Andre mengatakan mobil yang modifikasi semestinya tidak mengurangi kenyamanan, melainkan dengan adanya penambahan fitur dan ubahan desain ikut menambah fungsi dari mobil itu. "Kustom turbo yang bisa difungsikan. Rem-rem yang besar-besar itu fungsional, bukan cuma pajangan," katanya.
Kendati demikian, Andre menilai bahwa modifikasi ekstrim tetap diperbolehkan asalkan tetap mengedepankan fungsi utama mobil. "Jadi kalau mobil Anda ekstrem, harus semuanya berfungsi," katanya.
Lebih lanjut, Andre mengatakan NMAA telah menggelar workshop di delapan kota besar di Indonesia guna untuk memperkenalkan sudut pandang industri dalam dunia modifikasi.
Menurutnya, modifikasi mobil harus ikut mendorong kemajuan industri aftermarket di Indonesia sehingga bisa menghasilkan produk yang berkualitas. "Yang kami bawa dari sudut pandang industrinya, bahwa modifikasi itu harus membuat yang proper atau yang sesuai dengan fungsinya," katanya.
Baca: Kisah 2 Motor Custom Indonesia Masuk 10 Besar Terbaik Dunia
Untuk itulah NMAA membawa Mercedes-Benz E250 dari Ladas Garage Yogyakarta untuk tampil di Osaka Automesse 2018 Jepang, 10-12 Februari mendatang, karena mobil itu mewakili tren proper car scene berciri khas Indonesia yang mengedepankan unsur kustom yang rapi.