TEMPO.CO, Jakarta - Ekspor mobil dari Indonesia terganggu. Penyebabnya, Vietnam melakukan restriksi terhadap produk otomotif Indonesia. Negara yang terletak di timur Semenanjung Indocina itu merilis Surat Keputusan Perdana Menteri (Decree) Nomor 116/2017/ND-CP.
Keputusan pada Oktober tahun lalu itu membuat hubungan dagang antara Indonesia dan Vietnam menghangat. Berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total ada 9.337 unit kendaraan yang batal diekspor ke Vietnam selama Desember 2017-Maret 2018. Potensi kehilangan pendapatan ekspor pada periode tersebut mencapai Rp 2,49 triliun.
Beleid yang berlaku per 1 Januari itu menetapkan sejumlah syarat baru. Produsen mobil yang mengirimkan produknya ke Vietnam, misalnya, harus menyertakan dokumen pemeriksaan kualitas dan mutu dari pabrik asal. Dokumen hasil uji tipe—semacam sertifikat uji kelayakan—yang diterbitkan otoritas di negara asal produsen wajib dilampirkan.
Baca: Ekspor Mobil Toyota Terganggu Aturan Baru Vietnam
Bukan cuma itu. Pasal 6 surat keputusan itu menyebutkan setiap mobil yang baru tiba di pelabuhan tujuan harus diperiksa otoritas Vietnam. Pemeriksaan dilakukan secara acak dengan mengambil sampel dari setiap rumpun (batch) pengiriman. Jika sampel yang diperiksa gagal memenuhi standar kualitas gas buang dan keselamatan teknis, importir harus mengekspor balik semua mobil pada pengiriman di batch tersebut.
Sejumlah merek terpukul akibat kebijakan Vietnam. Toyota, misalnya, enggan mengambil risiko. Direktur Administrasi dan Perencanaan Korporat PT Toyota Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengaku khawatir dokumen yang diterbitkan pabrik dan balai pengujian di Indonesia tidak diakui Vietnam. Akibatnya, produk yang sudah telanjur dikirim harus dipulangkan. Padahal salah satu mobil buatan TMMIN, yakni Toyota Fortuner, memiliki ceruk pasar yang bagus di sana.
Simak: Suzuki Hentikan Sementara Ekspor Mobil ke Vietnam, Ini Alasannya
Senada dengan Toyota, Hino tak lagi mengirimkan produk truk dan sasis bus ke sana per Januari lalu. Padahal, menurut Direktur Penjualan PT Hino Motor Sales Indonesia Santiko Wardoyo, pasar di sana lumayan potensial bagi perusahaan. ”Dalam setahun, rata-rata kami bisa mengirimkan 800 unit kendaraan ke sana,” tuturnya.
Produsen mobil yang juga melempar produknya ke Vietnam adalah Suzuki dengan volume rata-rata 3.600 unit per tahun. Menurut Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales Setiawan Surya, perusahaannya sudah menyetop ekspor mobil ke Vietnam sejak bulan lalu. ”Terakhir ekspor Desember 2017,” ujarnya, seperti dilaporkan majalah Tempo edisi 12 Februari 2018.