TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah saat ini sedang melakukan revisi pajak sedan hal ini terkait sedan yang terkena Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM). Hal ini mengakibatkan pasar tidak sehat. Wakil Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sudirman Maman Rusdi, harmonisasi pajak kendaraan bermotor memang perlu dilakukan untuk jangka panjang. “Kalau dilihat dari beberapa negara, pasar sedan bagus sekali,” katanya beberapa waktu lalu.
Sudirman mengatakan salah satu pasar yang kuat adalah Australia. Apalagi, seluruh pabrikan mobil di Negeri Kangguru sudah tutup sejak tahun lalu. Namun, untuk melakukan pengapalan suatu barang terlebih dulu diperlukan pasar domestik yang kuat. Sementara itu, saat ini pasar sedan di Indonesia belum terlihat menggiurkan.
Baca: Menperin: Revisi Pajak Sedan, Pembeli Motor Migrasi ke Mobil
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan pabrik ke diler sedan hanya berkontribusi kurang dari 1 persen dari total penjualan nasional sepanjang 2017. Selain kontribusi yang kecil terhadap pasar domestik, pasokan ke diler sedan tahun lalu juga anjlok. Dibandingkan dengan 2016, penjualan ke diler sedan turun 52,71 persen pada 2017.
Sedan dengan kubikasi mesin kurang dari atau sama dengan 1.500 cc turun paling banyak, mencapai 52,71 persen. Diikuti sedang dengan kubikasi mesin lebih dari 3.001 cc yang menyusut 42,41 persen, dan terakhir 1.501 cc-3.000 cc turun 15,32 persen.
Agen Pemegang Merek (APM) dinilai tidak akan ragu memproduksi sedan di Indonesia jika pasar di Tanah Air bagus. Apabila menambah jalur produksi hanya untuk ekspor mobil utuh saja, terang Sudirman, tentu risiko bisnisnya terlalu tinggi.
Baca: Revisi Pajak Sedan: Mitsubishi Akan Bangkitkan Tipe Lancer?
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah menghitung dengan matang agar harmonisasi tarif tersebut akan berimbas pada kenaikan volume penjualan sedan di Indonesia. “Otomatis kalau domestik (penjualan sedan) naik, sedan diproduksi di sini. Sehingga, kalau sudah begitu, kami ekspor punya daya saing,” tambah Sudirman.
Dia menerangkan rencana ekspor bukan hanya ditentukan oleh APM, tapi juga prinsipal. Adapun Daihatsu diklaim selalu mendukung dan siap menambah investasi jika diperlukan, terlebih karena Indonesia adalah basis produksi terbesar di luar Jepang.