TEMPO.CO, Jakarta - PT Toyota Astra Motor (TAM) dan PT Hyundai Mobil Indonesia (HMI) merekomendasikan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih berkualitas dengan RON di atas 88 atau Premium, seperti Pertalite dan Pertamax. Menurut Public Relations Manager TAM Rouli Sijabat di Jakarta, penggunaan BBM berkualitas diperlukan karena mesin-mesin mobil Toyota, terutama keluaran terbaru, memang disesuaikan dengan konsumsi BBM dengan oktan tinggi.
"Tentu saja (kami rekomendasikan). Karena untuk emisi yang lebih bersih serta efisiensi bahan bakar yang lebih baik, salah satunya diperoleh melalui teknologi engine dengan kompresi yang tinggi, yang memerlukan persyaratan bahan bakar dengan angka oktan tinggi," kata Rouli, Rabu, 21 Februari 2018.
Baca: Toyota Vellfire Sitaan dari Nazaruddin Dilelang Mulai Rp 157 Juta
Penggunaan BBM berkualitas tinggi, kata dia, akan berdampak baik pada performa kendaraan. Bahan bakar lebih efisien, power maksimal, dan mesin lebih bersih dalam jangka panjang. Sedangkan jika dipaksa memakai Premium, power tidak maksimal, karena titik pembakaran sedikit berbeda dan kinerja sensor, misal knock censor, akan mengelitik.
Rekomendasi industri otomotif tersebut sebelumnya disampaikan Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi. Menurut dia, rekomendasi tersebut membuat konsumsi Premium di pasaran menurun.
Secara terpisah, Presiden Direktur PT HMI Mukiat Sutikno mengatakan berkurangnya Premium di berbagai wilayah Tanah Air memang disebabkan oleh rekomendasi industri otomotif kepada pengguna kendaraan bermotor. Pasalnya, mesin-mesin otomotif saat ini memang disesuaikan dengan BBM yang lebih berkualitas.
"Kami merekomendasikan penggunaan Pertamax atau setidaknya Pertalite. Saya rasa industri otomotif lain juga begitu, termasuk sepeda motor," kata Mukiat.
Baca: Pertalite Digunakan di Motor Keluaran Lama, Ini Kata Komunitas
Anjuran industri otomotif tersebut, menurut Mukiat, juga sejalan dengan kebijakan pemerintah. Sebab, pada September 2018, pemerintah akan menerapkan Euro-4, yang memang bisa diterapkan jika memakai BBM dengan RON tinggi.
Menurut Mukiat, penerapan Euro-4 tersebut sudah menjadi keharusan. Apalagi dibandingkan dengan negara lain, Indonesia termasuk terlambat. Banyak negara lain yang sudah menerapkan Euro-5. Bahkan Singapura sudah memasuki Euro-6 dengan meninggalkan Premium.
"Itu ujung-ujungnya kebaikan buat kita semua, kok. Karena pada saat jumlah kendaraan semakin banyak, tentu kalau BBM tidak dijaga, akan berdampak buruk pada lingkungan," katanya.