TEMPO.CO, Jakarta - PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) meyakini permintaan mobil di Timur Tengah akan meningkat pada 2018 seiring dengan menguatnya harga minyak dunia.
Direktur Administration, Corporate, & External Affairs TMMIN Bob Azam mengatakan kondisi di Timur Tengah saat ini berbanding terbalik dengan tahun lalu. Permintaan dari wilayah tersebut turun akibat tekanan terhadap harga minyak.
"Secara keseluruhan, ekspor tahun lalu tumbuh, tetapi ada penurunan permintaan pasar di Timur Tengah karena melemahnya harga minyak dunia," ujarnya di sela-sela pemberian donapersen menjadi 116.971 unit dibandingkan dengan 2016.
Baca: Inilah Pengganti Toyota Corolla 2019: Tambah Tirus dan Modern
Di tengah permintaan Timur Tengah yang melemah, pengapalan completely built up (CBU) TMMIN tahun lalu tertolong pertumbuhan pasar kendaraan bermotor di kawasan Asia Tenggara. Dengan capaian ini, Toyota berkontribusi 51,04 persen terhadap total volume ekspor CBU dari Tanah Air.
Menurutnya, kontribusi kawasan Timur Tengah mencapai 34 persen dari total 80 negara tujuan ekspor perusahaan perakit Toyota di Indonesia itu. "Arab Saudi menyumbang 60 persen dari kawasan itu," ucapnya.
Model sport utility vehicle (SUV) membukukan volume tertinggi. Toyota Fortuner menorehkan volume 69.589 unit atau 59,49 persen dari capaian perusahaan. Kemudian disusul sedan Vios 23.414 unit dan mobil serbaguna (multipurpose vehicle/MPV) Innova 18.705 unit.
Baca: Desain Saudara Toyota Agya Eropa Mirip Karakter di Film Star Wars
Selain ke Timur Tengah, pada tahun ini Toyota juga akan fokus di pasar Asia Tenggara karena pertumbuhan ekonomi sejumlah negara meningkat signifikan. "Vietnam dan Filipina potensial. Begitu juga Laos dan Myanmar," tutur Bob.