TEMPO.CO, Jakarta - PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) telah menetapkan kenaikan harga Mitsubishi Xpander pada Januari dan Mei 2018. Kenaikan tersebut diklaim karena adanya perubahan Bea Balik Nama (BBN). Irwan Kuncoro Director of Sales and Marketing Division PT MMKSI mengklaim kenaikan harga tersebut hal yang wajar dan bagian dari strategi Mitsubishi.
"Dua kali adanya kenaikan, konsumen pasti sudah mengerti karena setiap tahun sekali adanya kenaikan BBN keniakan dari produk itu sendiri tak sebesar kenaikan BBN," kata Irwan di Rancaekek, Kamis 3 Mei 2018.
Baca: Suzuki Ertiga Ancam Mitsubishi Xpander, MMKSI Tetap Percaya Diri
Pada Mei 2018, Mitsubishi telah menaikan harga atau tanda jadi pembelian Mitsubishi Xpander sebesar Rp 3 juta. Kemungkinan adanya kenaikan lagi pada tahun ini, Irwan tidak bisa memastikannya. "Kita tidak bisa bilang seperti itu (ada kenaikan atau tidak), Tadi sempat disinggung soal kurs, kami monitor terus tapi saat ini tidak bisa bilang adanya rencana naik tapi terus kami antisipasi," ujarnya.
Menurut Irwan, kenaikan harga Mitsubishi Xpander telah disampaikan kepada seluruh dealer di Indonesia. Kenaikan harga di setiap daerah berbeda-beda karena kebijakan BBN dari pemerintah daerah juga berbeda. "Kami sudah sampaikan apa adanya ke seluruh dealer soal komponen-komponen di dalamnya," katanya.
Imam Choeru Cahya Head of Sales and Marketing Group PT MMKSI mengatakan kenaikan harga tersebut adalah bagian strategi marketing. "Kita pendatang baru bagaimana mendapat respon dan diterima wajar strategi. Itu sudah disiapkan sejak awal," katanya.
Baca: Mitsubishi Raih 4 Penghargaan di IIMS 2018, Xpander Ikut Berperan
Saat ini, PT MMKSI terus menggenjot produksi dan suplai Mitsubishi Xpander yang jumlah Surat Pemesanan Kendaraan mencapai 66 ribu unit. Hingga saat ini, MMKSI baru bisa memenuhi sekitar 50 persen. Ada rencana meningkatkan kapasitas pabrik hingga 10 ribu unit per bulan karena panjangnya masa inden hingga 3 bulan.
Soal inden Mitsubishi Xpander yang panjang, Irwan tidak bisa memastikan dengan penambahan kapasitas bisa memangkas waktu inden. Ia beralasan jumlah pemesanan juga mengalami kenaikan. "Kami belum tahu titik maksimalnya (pemesanan)," ujarnya.