TEMPO.CO, Jakarta - Menanggapi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Presiden Direktur PT Adira Finance Hafid Hadeli mengatakan bahwa soal pembiayaan khususnya mobil dan motor tidak terlalu berdampak untuk tahun ini.
“Untuk tahun ini tidak terlalu berdampak, tapi jadi bahan pertimbangan untuk pembuatan budget tahun depan,” katanya kepada Tempo pada Kamis, 6 September 2018.
Menurutnya, kalau ada pelemahan tentunya akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Karena pada dasarnya pelemahan rupiah akan mempengaruhi harga barang.
“Masih perlu dilihat dampaknya terhadap daya beli di masyarakat. Pelemahan rupiah akan mempengaruhi harga barang lalu berimbas pada kebutuhan pokok kemudian ke daya beli,” ujarnya.
Baca: Dolar Menguat, Toyota Belum Akan Naikkan Harga Mobil
Ia melanjutkan, kalau ada pelemahan, daya beli kebutuhan pokok tentunya menjadi yang utama. Soal revisi target, ia mengatakan, belum untuk tahun ini.
Pelemahan rupiah menjadi pertimbangan bagi sejumlah agen pemegang merek mobil dan motor untuk mensiasati kenaikan harga. Mitsubishi misalnya, sudah menaikkan harga mobil sejak 1 Agustus 2018.
Head of Sales and Marketing Group PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Imam Choeru Cahya mengatakan bahwa exchange rate (nilai tukar mata uang) memang menjadi salah satu faktor penentuan harga jual kendaraan bermotor.
Meski demikian, ia juga menyebut faktor-faktor lain turut memiliki andil dalam menentukan kenaikan harga. “Kenaikan harga tentunya disesuaikan berdasarkan study, competitiveness, value for money dan tidak mungkin naik drastis,” kata Imam kepada Tempo, Senin, 3 September 2018.
Baca: Rupiah Loyo, Honda Akan Naikkan Harga Mobil Jika..
Ia menambahkan bahwa kenaikan harga juga mengacu pada demand exchange rate, BBN atau adjustment pricing strategy. “Kami juga lihat dari sisi harga yang kita jaga tetap kompetitif dan terjangkau,” ujarnya.
Masih menurut Imam, per-1 Agustus 2018 MMKSI telah menaikan harga Mitsubishi Xpander yang salah satu faktornya disebabkan karena nilai tukar rupiah yang terus melemah. “Karena memang beberapa komponen kami masih impor, komponen lokal memang sudah 65 persen tetapi masih ada 35 persen komponen yang masih impor, sehingga ada sedikit adjustment harga,” katanya.
Direktur Pemasaran dan Layanan Purna Jual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy mengatakan bahwa situasi pelemahan rupiah terhadap dolar membuat HPM selalu waspada. “Kami terus memantau (pergerakan rupiah) per bulan,” kata Jonfis kepada Tempo, Kamis, 6 September 2018.
Menurut Jonfis, dengan adanya pelemahan rupiah ada kemungkinan harga (mobil Honda) akan naik. Hanya saja, lanjut dia, kenaikan harga tersebut akan diambil jika kondisi pelemahan rupiah terjadi berkepanjangan. “Terakhir kami melakukan penyesuaian harga di bulan April 2018,” ujarnya.
Jonfis mengatakan bahwa kondisi exchange rate (pelemahan atau penguatan rupiah) merupakan kondisi yang naturial dan kadang terjadi. Cara mensiasatinya adalah dengan mengatur strategi yang tepat dan adaptasi sebaik mungkin untuk bertahan. “Kami melihat pemerintah juga bekerja keras menyeimbangkan nilai tukar,” katanya.
Sementara itu, Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto menyampaikan bahwa Toyota Indonesia belum ada rencana untuk menaikkan harga mobil terkait dengan melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Baca: AISI: Rupiah Melemah Bisa Memicu Kenaikan Harga Sepeda Motor
Menurut Soerjo sejauh ini permintaan akan produk produk Toyota masih dapat dikatakan stabil, yang artinya tidak terefek secara langsung dari peningkatan exchange rate. “Karena industri otomotif, apalagi yang sudah 90 persen mayoritas di produksi dalam negeri biasanya cost maupun harga sudah di siapkan jauh jauh hari baik dengan melakukan hedging dari cost dan lain-lain,” ujarnya.
Efek yang paling mungkin adalah, lanjut dia, shock sementara di pasar karena kenaikan exchange rate, dan dapat membuat contohnya penyesuaian kembali waktu (pemunduran) pembelian kendaraan bagi beberapa konsumen.
“Tapi berapa besar juga harus di lihat 3-4 bulan lah kira-kira agak ketahuan angka penurunannya jika memang ada,” katanya. “Sejauh ini belum ada revisi dari rencana penjualan sebagai akibat dari perubahan exchange rate.”
Di sektor roda 2, Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala mengatakan akan dilakukan penyesuaian harga motor jika pelemahan rupiah terus berkelanjutan.
“Yang jelas kita lihat dulu pelemahan ini sejauh mana, kalau memang berkelanjutan dalam jangka panjang tentunya akan dilakukan penyesuaian harga yang bisa menyebabkan naiknya harga motor,” katanya kepada Tempo pada Rabu, 5 September 2018.
Ia berharap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar ini hanya bersifat sementara. “Kami harap pelemahan rupiah ini hanya bersifat sementara, karena jika keadaannya terus begini dikhawatirkan bisa mempengaruhi daya beli,” katanya.