Berbagai persoalan kerap ia temui di jalan. Terutama terkait kondisi truk yang ia kemudikan. Mulai pecah ban, kopling susah, dan gangguan mesin. Kerusakan itu ada yang bisa ia tangani sendiri ada juga yang membuatnya menghubungi rekan-rekannya. "Kalau soal pecah ban itu soal kecil masih bisa Umi tangani sendiri, tapi yang kerusakan berat minta tolong teman teman," ujarnya.
Baca: Modifikasi Ekstrem Mitsubishi Fuso Colt Diesel, Ini Hasilnya
Syarifah sendiri meyakini rewel tidaknya truknya tergantung perawatan. Sehingga ia rutin membawa truknya untuk servis agar tak ada persoalan saat di jalan. Syarifah bersyukur, hidup bekerja di jalanan sejauh ini belum pernah mendapat gangguan kriminal.
Terlebih lamanya pengalaman membawa truk di jalanan membuat Syarifah memiliki jaringan pertemanan di kalangan sopir truk cukup luas. Baik di pulau Jawa maupun luar Jawa. "Dulu pas masih di rumah saja Umi bukan siapa-siapa, sekarang Umi banyak temannya sesama sopir truk, dan mereka baik sama Umi," ujarnya.
Syarifah menuturkan pekerjaan menjadi sopir itu tak jarang membuatnya harus sering lama berpisah dengan anak anaknya di rumah. "Umi sering di rumah hanya sempat 1 atau 2 jam saja, lalu harus pergi lagi, tapi Umi selalu berusaha pulang setiap hari meski sebentar," ujarnya.
Anak-anak Syarifah tidak ada yang putus sekolah. Yang terbesar duduk di bangku SMA dan paling bungsu duduk di kelas 4 SD. Syarifah sendiri mengaku bersyukur sekali bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan semua anaknya dari menjadi sopir truk.
Baca: Hino Dukung Kontes Modifikasi Truk
"Takdir dari Allah buat saya mungkin menjadi sopir truk, jadi saya ikhlas dan senang menjalani profesi ini, nggak tahu sampai kapan," ujarnya seraya tersenyum.