Untuk tujuh penumpang, Xpander Ultimate cukup bisa diandalkan. Setiap menghantam gundukan di jalanan, redaman mobil yang bertenaga di putaran 4000 rpm itu tidak mengganggu kenyamanan kabin. Steeringnya juga enak. Setir sebenarnya juga bisa mengkonversi sudut putar dengan baik pada pergerakan roda, tapi buat pengendara amatir, ia bisa kerepotan dengan bobot putar kemudi.
Ketangkasan memindahkan gigi, dari gigi 2 saat menanjak tajam dan kemudian tiba-tiba menurun tajam—dengan gigi di posisi L—atau sebaliknya, diperlukan. Keterlambatan mengantisipasi tanjakan terjal sekitar 45 derajat membuat tenaga mesin menjadi lemah atau lambat. Tapi secara keseluruhan, ketika gas dinjak, sambutan tenaga Xpander terhitung responsif. Xpander pun sampai di ketinggian 1.500 mdpl dengan selamat. “Buat saya, kemudi mobil ini cukup ringan,” kata Anton, yang bergantian mengemudikan Xpander dengan Anggraito.
Pengalaman “off road” dengan mobil “kota”, dan berakhir sukses itu, membuat sebagian peserta yang semula sangsi bisa sampai ke tujuan menjadi kian bersemangat. Peserta pun berhamburan mengisi tenda-tenda yang sudah disediakan. Malam harinya mereka begitu antusias mengikuti coffee cupping dan ditutup dengan menikmati api unggun sembari mengudap kambing guling.
Mitsubishi Pajero Sport Dakar 4x4 saat menuju pegunungan Malabar, 25 Agustus 2018. TEMPO/Yos Rizal
Sesi coffee cupping dipandu oleh Q Grader Ananta Prastowo dari Malabar Mountain Coffee. Q Grader merupakan atribut tertinggi untuk ahli pemeringkat kopi. Di tangan ahli penilai kopi inilah para peserta diajak berpetualang rasa dan aroma, dengan cara menghirup dan mencecap rasa kopi yang dijajarkan di cangkir-cangkir yang sudah disediakan.
Di meja cupping itu, ada 5 macam proses pasca panen kopi Malabar, dengan masing-masing proses terdiri dari 2 cup. Peserta memulai ritual cupping dengan membaui aroma kopi bubuk. Ada yang menyebut menemukan aroma nangka di salah satu cup, ada lagi yang membaui sensasi jeruk di cup yang lain. Mereka diminta menandai aroma apa yang disuka.