TEMPO.CO, Jakarta - Defisit neraca perdagangan sektor otomotif selama 7 bulan pertama 2018 telah menyentuh US$1,06 miliar. Defisit itu melebar cukup dalam jika dibandingkan dengan defisit pada akhir 2017 yang senilai US$630,83 juta.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (ILMATE) Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, Kementerian Perindustrian telah melakukan berbagai upaya untuk menekan defisit sejak triwulan I/2018 seperti mendorong ekspor dan mengendalikan impor.
Baca: Ini Penyebab Ekspor All New Toyota Rush Melonjak Signifikan
Dia menjelaskan, hingga sejauh ini telah terjadi dua perayaan peluncurkan ekspor yakni Mitsubishi Motors dengan Xpander pada April dan Toyota pada awal bulan ini. Saat ini pemerintah juga tengah mempersiapkan peluncuran ekspor kendaraan dari merek lainnya.
"Untuk mendorong ekspor Kemenperin sudah upayakan mulai dari triwulan I/2018, kegiatan besarnya antara lain peluncuran ekspor Xpander, peluncuran ekspor Toyota pada bulan September 2018 oleh Presiden, dan juga sedang dipersiapkan peluncuran Ekspor kendaraan merek lainnya," katanya kepada Bisnis, Rabu 19 September 2018.
Baca Juga:
Putu enggan menyebutkan merek lain yang bakal melakukan ekspor. Namun, satu merek yang telah menyatakan akan melakukan ekspor dalam waktu dekat ialah Suzuki yang rencananya mengirimkan 12.000 unit Suzuki Ertiga pada periode September 2018-Maret 2019.
Baca: Daihatsu Andalkan Gran Max di Pasar Ekspor, Ini Targetnya
Ekspor Ertiga itu dilakukan setelah pabrik Suzuki di Cikarang memasuki tahap akhir persiapan. Suzuki berencana meningkatkan ekspor Ertiga ke 29 negara sehingga kontribusi ekspor Ertiga mencapai 45% dari total keseluruhan ekspor Suzuki. Hingga sejauh ini Suzuki tercatat mengirimkan beberapa model kendaraan seperti APV dan Ertiga secara utuh dan Wagon R secara terurai. "Tunggu tanggal mainnya," ujar Putu.
Adapun, kinerja ekspor-impor secara utuh alias completely built-up (CBU) hingga Juni 2018 tercatat defisit US$146,3 juta. Padahal tahun lalu kinerja ekspor-impor CBU masih surplus sebesar US$465,4 juta.
Defisit hingga Juli membuat pemerintah lebih ketat untuk mengendalikan impor CBU. Kementerian Perindustrian sebelumnya juga menyebutkan pengendalian impor CBU diharapkan dapat menghemat devisa senilai US$700 juta hingga akhir tahun.
Baca: All New Toyota Rush Akan Diekspor ke 53 Negara
Selain CBU, impor komponen juga tercatat cukup tinggi. Menurut Putu, hal itu dipengaruhi oleh tingginya permintaan kendaraan nasional pada umumnya dan kendaraan komersial pada khususnya. Dia belum bisa memastikan peningkatan ekspor komponen pada 7 bulan pertama terkait persediaan hingga akhir tahun. "Dari pelaku usaha industri kendaraan bermotor komersial menyampaikan permintaan sedang naik tinggi terutama untuk mendukung kegiatan usaha pertambangan dan perkebunan," ia menambahkan.