TEMPO.CO, Beijing - Penjualan mobil di Cina mengalami penurunan sekitar 11,6 persen pada September 2018 dibandingkan periode yang sama 2017, menandai penurunan penjualan dalam tiga bulan berturut-turut di pasar mobil terbesar di dunia itu, demikian pengumuman asosiasi industri Cina, Jumat 12 Oktober 2018.
Baca: Rupiah Lesu, Penjualan Daihatsu dan Honda Meningkat
Penjualan kendaraan anjlok menjadi 2,39 juta unit di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat, menyusul penurunan 3,8 persen pada Agustus dan penurunan 4,0 persen pada Juli. Kendati demikian, penjualan kendaraan sempat meningkat 4,8 persen di bulan Juni, dilansir Reuters.
Asosiasi Produsen Mobil Cina (CAAM) mengatakan, keseluruhan penjualan pada 9 bulan pertama tahun ini mencapai 20,49 juta kendaraan, naik 1,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan ekonomi menjadi berita buruk bagi pabrikan mobil internasional, dari General Motors hingga Toyota, yang memandang Cina sebagai sebagai penggerak pertumbuhan penjualan mobil di dunia. Hal ini juga menjadi peringatan terkait dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di negara Tirai Bambu itu.
Baca: Aturan Ganjil Genap Diklaim Turunkan Omset Pasar Mobil Kemayoran
Di tengah perlambatan, diler-diler mobil Cina yang tertekan meminta dorongan pemerintah untuk merevitalisasi pertumbuhan karena khawatir penuruan ini akan terus terjadi. Industri kendaraan di Cina juga mengalami perubahan aturan dalam satu dekade terakhir, yakni mengizinkan pabrikan mobil asing memiliki saham mayoritas pada usaha patungan lokal atau joint venture.
Perusahaan mobil mewah Jerman BMW mengatakan, Kamis 11 Oktober 2018, akan mengambil alih saham perusahaan lokal di Cina senilai US$4,2 miliar atau Rp 63,9 triliun.
ANTARA