TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan menjamin pemerintah tak memberi kemudahan prosedur kepada produsen mobil Esemka, PT Solo Manufaktur Kreasi. Perseroan diwajibkan memenuhi semua prosedur kelayakan dari awal untuk mendapatkan sertifikat aman sesuai dengan peruntukan, seperti mobil penumpang dan mobil muatan barang.
“Esemka kan juga pernah gagal uji coba,” kata Kepala Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor, Caroline Noorida Aryani, seperti diwartakan Koran Tempo edisi Sabtu, 27 Oktober 2018.
Baca juga:
Baca: Produsen Mobil Esemka Rombak Jajaran Direksi, Simak Susunannya
Menurut dia, Kementerian sangat ketat meloloskan kepatutan sebuah kendaraan untuk diproduksi massal. Sebab, diperlukan jaminan keselamatan bagi pengendara dan penumpang. Merek terkenal dari luar negeri sekalipun banyak yang harus remedial untuk mendapat sertifikasi layak kendaraan dasar sebelum mendapatkan sertifikat uji tipe (SUT).
Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan, mobil Esemka sudah berkali-kali gagal lolos uji emisi. Kegagalan pertama terjadi pada 2010. Dua tahun berselang, Esemka kembali gagal mendapat sertifikasi layak polusi. Empat varian mobil Esemka berbahan bakar bensin yang sudah lulus sertifikasi Euro 3 diwajibkan memenuhi standar Euro 4 yang baru dikeluarkan bulan ini.
Berbagai tes di Kementerian akan menjadi akses bagi Kementerian Perindustrian untuk meloloskan Esemka ke tingkat produksi. Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan empat dari delapan kendaraan yang belum lulus emisi tak akan mendapatkan izin produksi massal sampai dapat lampu hijau dari Kementerian Perhubungan. “Kalau tidak lolos sertifikat, ya, tidak akan boleh diproduksi,” ujarnya.
Baca: Mobil Esemka Gunakan Komponen dari Cina
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo, melalui akun Twitter resminya, menyatakan tak ada sangkut-paut pemerintah dalam produksi mobil Esemka. Produksi mobil yang pernah jadi kendaraan dinasnya waktu menjabat Wali Kota Solo, Jawa Tengah, tersebut murni diserahkan ke proses bisnis industri. “Bukan Presiden yang buat pabrik dan bikin mobil Esemka,” ucapnya.
Proses produksi massal Esemka dalam dua tahun terakhir terbilang moncer setelah perusahaan yang dipimpin bekas Kepala Badan Intelijen Negara, Abdullah Mahmud Hendropriyono, PT Adiperkasa Citra Lestari, bekerja sama dengan PT Solo Manufaktur Kreasi. Perkawinan dua entitas tersebut melahirkan PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH) untuk mendirikan pabrik di Boyolali, Jawa Tengah.
Guna memperkuat basis produksi, ACEH mengajak Direktur Geely Mobil Indonesia pada saat itu, Hosea Sanjaya, membuat basis produksi pendukung seluas 35 hektare di Cileungsi, Jawa Barat. Hosea, yang menjadi Managing Director ACEH, ini tak memberi respons ketika dihubungi Tempo, Jumat, 26 Oktober 2018, ihwal perkembangan rencana produksi massal Esemka.
Baca: Kemenhub Wajibkan Empat Tipe Mobil Esemka Uji Ulang Emisi
Adapun Hendropriyono, meski baru mengunjungi pabrik di Boyolali, mengaku sudah tak terlibat dengan Esemka. “Sekarang mereka masih berfokus menyelesaikan pembangunan pabrik,” ujarnya.
Penggagas mobil Esemka, Sukiyat, mengatakan sudah tak mengikuti proses produksi sejak hengkang karena berfokus membangun Mahesa, yang mengembangkan mobil pedesaan atau Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDes) Mahesa bersama PT Kiat Mahesa Wintor Indonesia (KMWI) dan PT Kiat Mahesa Wintor Distributor (KMWD).
Mobil yang dikembangkan Sukiyat diadopsi oleh Astra untuk menggarap kendaraan pedesaan. “Memang kalau segmen mobil Esemka berat, karena sudah banyak agen pemegang merek,” kata Sukiyat.
DINDA LEO LISTY | ANDI IBNU