TEMPO.CO, Jakarta - Gejolak perekonomian global serta adanya tendensi proteksionisme di beberapa negara mulai membawa dampak bagi pertumbuhan ekspor otomotif nasional. Volume ekspor kendaraan utuh (Complete Build Up/CBU) bermerek Toyota pada bulan Januari hingga April 2019 tercatat sebanyak 61.600 unit atau turun 6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 lalu dengan jumlah 65.700 unit.
Beberapa penyebab turunnya kinerja ekspor kendaraan utuh bermerek Toyota antara lain dikarenakan kondisi perekonomian di negara destinasi tujuan ekspor terutama di kawasan Timur Tengah dan Filipina.
Baca juga: Januari-Maret 2019: Ekonomi Global Stagnan, Ekspor Toyota Tumbuh
Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam menjelaskan bahwa situasi yang terjadi saat ini merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan menjadi risiko yang telah diperhitungkan oleh korporasi.
“Naik turunnya kondisi perekonomian di sebuah negara tujuan ekspor merupakan hal di luar kontrol atau kendali kita dan tidak terhindarkan. Namun demikian, hal-hal seperti ini tentu telah kami perhitungkan dalam manajemen resiko,” kata Bob Azam dalam keterangan resmi yang diterima Tempo, Sabtu, 25 Mei 2019.
Baca juga: Ini Capaian Ekspor Toyota Indonesia Sejak 1987
Dari total volume ekspor CBU bermerek Toyota tersebut, kontributor terbesar masih dipegang oleh model Sport Utility Vehicle(SUV) Toyota Fortuner dengan volume 14.400 unit atau 23 persen dari total volume ekspor, disusul Toyota Rush dengan volume 12.600 unit (20 persen), serta Toyota Agya di tempat ke tiga dengan volume 10.800 unit (18 persen).
Model-model lainnya adalah Toyota Vios, 7.500 unit, Toyota Avanza 8.400 unit, Toyota Kijang Innova, Sienta, Yaris serta Town Ace/Lite Ace dengan total volume 7.900 unit.