TEMPO.CO, Mataram - Untuk melayani pengisian daya baterai mobil listrik di Nusa Tenggara Barat (NTB), Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Wilayah (UIW) sudah menyediakan charger sepanjang jalan dari Sape di Kabupaten Bima hingga Mataram di Lombok. Jumlahnya tersedia 20 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), termasuk adanya ketersediaan di tempat keramaian.
Senior Manager Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN UIW NTB Chairuddin menjelaskan ketersedian SPLU untuk mobil listrik tersebut sewaktu mendampingi tim mobil listrik Alap-Alap milik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) yang melakukan pengujian dalam etape 6 dari Labuan Bajo hingga Surabaya, Selasa 6 Agustus 2019 siang. ''Layanan SPLU sudah tersebar di NTB,'' katanya.
Di NTB SPLU tersebar mulai dari Sape, Bima, Dompu, Kwangko, Soriutu, Sumbawa Besar, PotoTano. Di Mataram, PLN UIW NTB sudah sejak 2015 diantaranya menyiapkan SPLU di Taman Sangkareang, Jalan Udayana. Pulsanya dijual seperti pula prabayar listrik rumah yang perkilowatt hour (Kwh) nya Rp 1.500. Sehingga untuk pengisian mobil listrik Alap-Alap prototip produksi ITS yang memerlukan 20 Kwh setiap jarak tempuh perjalanan 150 kilometer dibutuhkan biaya listrik Rp 30 ribu.
Jika dibandingkan Pertalite Rp 7.650 per liter untuk jarak tempuh 15 kilometer maka berarti 150 kilometer jarak perjalanan membutuhkan Rp 76.500. ''Lebih hemat mobil listrik. Selain anti polusi dan tidak bising,'' ujar mahasiswa S2 ITS Yoga Uta Nugraha.
Yoga melakukan perjalanan PLN-ITS explore Indonesia untuk pengujian mobil listrik prototipe ITS. Perjalanan ini diimulai dari Surabaya, Jakarta, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Merauke. Terakhir perjalanan etape 6 dari Labuan Bajo - Sape - Mataram.
Perjalanan etape 6 yang juga dipimpin oleh mahasiswa S2 ITS Juniono Raharjo tersebut sudah menempuh perjalanan sejauh 500 kilometer dari Sape Bima ke Mataram Lombok. Ada dua mobil listrik yang dibuat ITS. Yang lain mobil Kasuari sedang berada di Manokwari Papua Barat. Jarak yang telah ditempuh sekitar 20 ribu kilometer.
Mobil yang 90 persen komponennya dibuat sendiri di Workshop ITS kecuali aki-nya estimasi harganya Rp 200 jutaan itu mampu jalan dalam kecepatan 70 kilometer perjam itu. ''Belum ada kendala. Aki-nya mampu digunakan hingga sekitar 900 kali pengisian," katanya.
Juniono Raharjo juga menjelaskan bahwa perjalanan pengujian oleh ITS ini juga sebagai validasi keberadaan SPLU yang dimiliki oleh PLN.
Selama ini, sejak Oktober 2018, mobil listrik ITS ini telah melakukan perjalanan ke ujung utara Sabang di Banda Aceh, Kalimanatan, Manado Sulawesi, Merauke Papua. Rencananya mobil listrik Alap-Alap akan melanjutkan perjalanan menuju Balai, Rabu 7 Agustus 2019.