Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mobil Hidrogen Buatan ITS Menghabiskan Biaya Hingga Rp 250 Juta

Reporter

image-gnews
Mobi Antasena FCH 1.0 karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini menggunakan bahan bakar fuel cell atau hidrogen. (ITS)
Mobi Antasena FCH 1.0 karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini menggunakan bahan bakar fuel cell atau hidrogen. (ITS)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mobil hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle dan mobil listrik atau Baterai Electrical Vehicle (Hybrid, Plug-in Hybrid, dan BEV) pada dasarnya sama-sama digerakkan oleh motor listrik. Bedanya, mobil hidrogen menggunakan reaksi kimia hasil konversi gas hidrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik sedangkan BEV menyimpan listrik dibaterai sebagai sumber energi.

"Kita hanya menggunakan gas hidrogen dan oksigen sekitar untuk dikonversi menjadi tenaga listrik dan menjadi gas hidrogen lagi. Nah, untuk alatnya atau mesinnya itu disebut Fuel Cell,"ujar Manager General Antasena, Ghalib Abyan kepada Tempo, Sabtu, 8 Agustus 2019.

Lebih lanjut, Ghalib menjelaskan bahwa mobil hidrogen merupakan generasi terbaru atau bisa dibilang terakhir dari pengembangan mobil listrik dunia. Alasannya mobil hidrogen benar-benar murni ramah lingkungan, sebab tak lagi menggunakan baterai yang memakai komponen lithium.

Hingga saat ini, belum ada teknologi yang bisa mengolah limbah baterai lithium menjadi energi baru. Seperti bahan bakar hidrogen, yang sama sekali tidak memiliki polusi karena emisinya adalah air (H2O) dan bisa diubah lagi menjadi energi. "Ketika fuel cell, performanya bagus sampai di atas 60 persen itu dia bisa menghasilkan air, yang bisa di-recycle lagi menjadi gas hidrogen," ujarnya.

Mobil hidrogen telah dipasarkan di beberapa negara seperti Inggris, Jerman, dan Jepang. Seperti Toyota Mirai Fuel Cell EV, Honda Clarity. Sayangnya teknologi mobil hidrogen belum sempurna, masih diperlukan riset mendalam bagaimana mobil ini benar-benar bisa menjadi pilihan untuk industri otomotif masa depan. Khusus Indonesia, teknologi mobil hidrogen dianggap masih jauh panggang dari api.

"Untuk pengembangan mobil hidrogen ini cukup sulit. Karena fasilitas dan pabrikan belum ada," ujar dia.

Selain itu kata Ghalib, pengembangan mobil hidrogen membutuhkan biaya yang tak sedikit. Dia mencontohkan, bagaimana tim Antasena kewalahan membuat mobil hidrogen Antasena FCH 1.0 karena di Indonesia belum memiliki fasilitas yang memadai.

"Kita tidak memiliki fasilitas untuk mengembangkan hidrogen, jadi kita impor barang-barang. Engine (Fuel Cell) itu kita impor dari Amerika. Terus spare parts lainnya, dari Singapura dan Malaysia. Karena impor, otomotis kena cukainya mahal,"ujar Ghalib.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Harga untuk mesin Fuel Cell sendiri kata dia, berkisar Rp 80 juta. Lalu komponen-komponen lain yang meskipun kecil, harganya lumayan. Total dana pembuatan FCH 1.0 berkisar Rp 250 jutaan. "Detail dan segala macamnya, saya tidak hapal, yang jelas totalnya Rp 200 sampai Rp 250 juta," ujarnya.

Teknologi mobil hodrogen sendiri memang untuk saat ini masih terbatas di beberapa negara-negara maju. Semisal, Jepang, Inggris, Jerman, dan Prancis, bahkan di Jerman kabarnya sudah ada gas station khusus hidrogen.

Untuk diketahui Antasena merupakan Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November atau ITS, yang selama ini fokus dalam pengembangan mobil hidrogen. Dalam beberapa kompetisi, Antasena pernah meraih berbagai penghargaan di dunia internasional. Terakhir mereka mewakili Asia dalam ajang ShellEco-Marathon Drivers' World Championship di London bulan Juli 2019 lalu.

Sebelumnya Antasena membuat kendaraan berbahan bakar hidrogen pertama kali pada tahun 2012. Saat itu, mobil konsep ciptaan mereka diberi nama Antasena PEV yang kemudian diikutkan dalam ajang kompetisi mobil hemat energi Shell Eco-marathon Asia 2012.

Dari situ, Antasena terus mengembangkan teknologi mobil hidrogen. Segudang penghargaan telah diraih. Sayangnya pada ajang terakhir di London, Antasena tak bisa berbicara banyak. Ghalib dkk yang turun di kelas Urban Hydrogent tidak tembus tiga besar. Mereka hanya finish di peringkat sembilan.

"Kita kalah riset karena tidak punya fasilitas yang memadai seperti tim-tim dari Eropa yang didukung langsung perusahaan seperti Airbush untuk pembuatan bodi, dll. Fuel Cellnya juga didukung pemerintah mereka. Tim yang juara kemarin, model dukungannya seperti itu," ucap Ghalib, yang juga berharap dukungan dari berbagai stakeholder di Indonesia dalam pengembangan mobil hidrogen.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nilai Transaksi Kendaraan Listrik di E-Katalog Baru Mencapai Rp 195 Miliar

8 jam lalu

Sebuah kendaraan listrik sedang mengisi daya di SPKLU Gambir, Jakarta, 19 Juli 2022. TEMPO/Wawan Priyanto
Nilai Transaksi Kendaraan Listrik di E-Katalog Baru Mencapai Rp 195 Miliar

Kepala LKPP Henrar Prihadi mengatakan nilai transaski di platform E-Katalog mencapai Rp 188,3 triliun per 29 November 2023.


Kata Pakar soal Anies Lebih Pilih Transportasi Ketimbang Mobil Listrik

20 jam lalu

Capres nomor satu Anies Baswedan kampanye dari Bogor kembali ke Jakarta menggunakan  Kereta Rel Listrik (KRL) dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Selasa, 28 November 2023. Tika  Ayu/ tempo
Kata Pakar soal Anies Lebih Pilih Transportasi Ketimbang Mobil Listrik

Anies Baswedan lebih memilih mengembangkan transportasi umum ketimbang mobil listrik jika dia terpilih sebagai presiden. Bagaimana pendapat pengamat?


Jika Terpilih Jadi Presiden, Anies Baswedan Pilih Kembangkan Transportasi Umum daripada Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Jika Terpilih Jadi Presiden, Anies Baswedan Pilih Kembangkan Transportasi Umum daripada Kendaraan Listrik

Menurut Anies Baswedan, transportasi umum ini lebih terjangkau dan efisien dibandingkan kendaraan listrik.


Bamsoet Sebut Kendaraan Listrik Punya Prospek Cerah di Indonesia, Ini Alasannya

1 hari lalu

Pengunjung melihat truk listrik, Fuso eCanter dalam pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 di ICE BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Senin 14 Agustus 2023. Sebelumnya,  PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors telah melakukan uji coba eCanter ke beberapa perusahaan seperti B-Log, PT POS Indonesia, dan GoTo. Truk listrik ini sudah mencatatkan perjalan sejauh 10.000 kilometer tanpa mengalami kendala yang berarti. TEMPO/Fardi Bestari
Bamsoet Sebut Kendaraan Listrik Punya Prospek Cerah di Indonesia, Ini Alasannya

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan bahwa kendaraan listrik memiliki prospek yang cerah di Indonesia.


Anies Baswedan Pilih Kembangkan Transportasi Publik Ketimbang Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Anies Baswedan Pilih Kembangkan Transportasi Publik Ketimbang Kendaraan Listrik

Anies Baswedan mengatakan, ia akan memilih mengembangkan transportasi publik ketimbang kendaraan listrik di perkotaan. Kenapa?


Neta Cukup Puas Mobil Listriknya Laku 250 Unit di Indonesia Sejak Agustus 2023

2 hari lalu

Penyerahan unit perdana Neta V di Jakarta, 27 November 2023. TEMPO/ Erwan Hartawan
Neta Cukup Puas Mobil Listriknya Laku 250 Unit di Indonesia Sejak Agustus 2023

100 unit mobil listrik Neta V telah dikirim ke konsumen pada 27 November 2023.


Chery Teken Perjanjian Investasi dan Lokalisasi Mobilnya di Indonesia

2 hari lalu

Perakitan mobil Chery di Chery Intelligent Connected Mega Factory, Wuhu, Anhui, Cina. (Chery)
Chery Teken Perjanjian Investasi dan Lokalisasi Mobilnya di Indonesia

Salah satu bentuk komitmen Chery dalam investasinya di Indonesia adalah mematuhi regulasi mengenai nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).


Neta Klaim STNK Mobil Listrik Neta V Segera Diserahkan ke Konsumen

3 hari lalu

Mobil listrik Neta V ditampilkan dalam pameran otomotif GIIAS 2023 di ICE, BSD, Tangerang, Kamis, 10 Agustus 2023. Mobil dibekali baterai Lithium-ion yang dengan kapasitas listrik yang diklaim cukup untuk menempuh jarak sekitar 400 km dengan kapasitas baterai 40,7 kWh untuk sekali pengisian daya penuh. TEMPO/Tony Hartawan
Neta Klaim STNK Mobil Listrik Neta V Segera Diserahkan ke Konsumen

Neta Auto Indonesia menjanjikan pengiriman surat mobil listrik Neta V (BPKB dan STNK) akan dilakukan secepat mungkin ke konsumen.


100 Unit Mobil Listrik Neta V Diserahkan Ke Konsumen Pertama

3 hari lalu

Penyerahan unit perdana Neta V di Jakarta, 27 November 2023. TEMPO/ Erwan Hartawan
100 Unit Mobil Listrik Neta V Diserahkan Ke Konsumen Pertama

PT Neta Auto Indonesia menggelar serah terima perdana secara simbolis untuk mobil listrik Neta V di dealer Neta Kelapa Gading, Jakarta Utara.


BYD Jadi Pabrikan Mobil Pertama yang Produksi 6 Juta Mobil Listrik dan Hybrid

3 hari lalu

Logo mobil listrik BYD. TEMPO/Wawan Priyanto
BYD Jadi Pabrikan Mobil Pertama yang Produksi 6 Juta Mobil Listrik dan Hybrid

Pabrikan mobil Cina, BYD, menjadi perusahaan otomotif pertama yang mencapai produksi 6 juta unit untuk mobil listrik dan hybrid.