TEMPO.CO, Jakarta - Kendaraan listrik saat ini identik dengan insentif. Hal tersebut dipercaya bisa mendorong perkembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Namun jika ditelaah lebih dalam, Indonesia punya potensi sumber daya alam yang bisa kembangkan menjadi bagian dari bahan baku kendaraan listrik. Hal itu lah yang menurut Seketaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumala, harus dimanfaatkan juga selain insentif.
Kukuh mengambil contoh ban, dengan sumber daya alam karet yang melimpah, Indonesia bisa mengembangkan industri kendaraan listrik Indonesia, bahkan bisa juga untuk diekspor.
"Indonesia memiliki sumber daya karet yang cukup banyak. Akan jauh lebih menguntungkan kalau punya pabrik di Indonesia, karena bahan bakunya ada di Indonesia," ujar Kukuh kepada wartawan, di Jakarta, Kamis 15 Agustus 2019.
"Demikian juga kalau dibuat bikin ban itu bisa untuk segala macem mobil dan membuat ban-ban yang dibutuhkan oleh negara di luar Indonesia," tambahnya.
Lalu lanjut Kukuh mengatakan, Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang bisa dijadikan bahan baku baterai. Yang mana baterai adalah bagian terpenting pada kendaraan listrik.
Dan hingga saat ini para pelaku industri otomotif di Indonesia yang sudah bermain di segmen kendaraan listrik, masih menggunakan baterai impor. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, daya saing Indonesia dalam industri otomotif akan meningkat.
"Analogi yang sama juga berlaku untuk mobil listrik. Indonesia punya cobalt yang bisa dikembangkan untuk baterainya, walaupun tadi masih ada pertanyaan untuk lithium. Kalau ini dikembangkan dengan sumber daya alam yang ada di Indonesia kita akan mampu meningkatkan daya saing kita," tutur Kukuh.
"Bukan dengan mereka yang hanya memanfaatkan insentif saja," ujarnya.