TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan mobil secara kumulatif dari Januari-Agustus 2019 baru mencapai 660.734 unit. Angka ini masih di bawah perolehan pada periode yang sama tahun lalu, sebesar 763.444 unit. Penurunan ini juga berdampak pada produk asuransi kendaraan.
"Penurunan itu lebih berpengaruh ke premi kita, jadi premi kita di roda empat (mobil) turun," kata CEO Asuransi Astra, Rudy Chen kepada Tempo di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 19 September 2019.
Rudy yang mengaku adanya penurunan itu enggan menyebut nominal ataupun persentase. Namun terlepas dari itu kata dia, asuransi dari sektor lain seperti kesehatan, retail, syariah, dan komersial non kendaraan bermotor tetap tumbuh.
"Tapi secara asuransi astra total kita masih tumbuh, seperti di sektor, sektor kesehatan, komersial, dan lainnya," ujarnya.
Untuk selanjutnya atau tiga bulan ke depan, Rudy pesimistis sektor asuransi kendaraan bermotor bisa meningkat dari tahun lalu. Sebab asuransi juga bergantung dengan penjualan mobil secara total. Sedangkan menurutnya penjualan mobil tahun ini tidak akan lebih baik dari tahun lalu.
"Kayaknya belum terlalu deh, karena kita tidak lihat per bulan, tapi tahun lalu seperti apa, tahun ini seperti apa. Kalau dari tren sih itu turun, jadi harusnya menurun. Tapi apakah, Juli atau per bulannya (Agustus, September, Oktober, November, dan Desember) bisa naik untuk menutupi atau tidak, ya itu mesti dilihat secara total nanti,"ujarnya.
Adapun hal yang mempengaruhi penurunan angka penjualan mobil pada tahun ini ditengarai adanya beberapa faktor eksternal. Seperti yang dikatakan Executive General Manager PT Toyota Astra Motor, Fransiscus Soerjopranoto. Menurut dia, penurunan penjualan mobil terjadi lantaran adanya tiga deretan peristiwa sejak akhir tahun lalu.
Mulai dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang sampai saat ini belum ada titik temu, membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ikut terguncang. Deretan peristiwa lainnya, kata Soerjo adalah pemilihan Presiden RI dan isu potensi resesi global. Dia memperkirakan jika nilai tukar akan terus naik dan secara otomatis harga mobil akan naik perlahan.
“Setidaknya ada dua pemicu kenaikan harga mobil akibat nilai tukar, kenaikan nilai tukar yang signifikan dan durasinya yang cukup panjang,” ujarnya.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia, Kukuh Kumara, juga menilai hal serupa. Bahwa penurunan penjualan mobil ini kata dia, dipicu pelemahan ekonomi global yang berimbas pada perekonomian nasional. Kukuh bahkan memprediksi target 1,1 juta unit hingga tahun ini tidak bisa tercapai.
“Kami berharap tren penjualan dari Juli hingga Agustus yang membaik terus berlanjut hingga akhir tahun, sehingga diharapkan total penjualan masih mencapai setidaknya satu juta unit,” ujarnya.