TEMPO.CO, Yogyakarta - Direktur Kustomfest Lulut Wahyudi beserta Tim Retro Classic Cycles menghadirkan lucky draw berupa motor klasik dengan frame Triumph T140 Bonnevile 750 yang dinamai Ontoseno.
Motor yang dikebut pembuatannnya tiga pekan terakhir sebelum perhelatan Kustomfest 5-6 Oktober 2019 itu mengusung tema Flat Track. Terinspirasi kedigdayaan motor yang lahir tahun 1970 an yang lantas tenar di ajang dunia Balap Production TT (Tourist Trophy) itu.
"Lucky draw tahun ini kami sengaja mengulang lagi (motor) apa yang pernah menjadi lucky draw Kustomfest pertama 2012 silam yang memakai Triumph juga, sesuai tema tahun ini Back To The Roots," ujar Lulut Jumat 4 Oktober 2019.
Dengan niat mengulang lagi menghadirkan motor Triump klasik ini, Lulut pun menyingkirkan motor lawas lain yang sudah ada dan memburu Triumph yang diincar.
Namun masalah kemudian timbul di tengah jalan. Ternyata harga motor Triumph sudah berbeda jauh dengan delapan tahun silam. Harganya disebut Lulut sudah amat melejit karena unitnya sudah sulit dicari serta item buruan kolektor.
"Tapi show must go on. Akhirnya kami dapat motor yang masih standard lalu kami custom sesuai tema yang diangkat dengan style tracker," ujarnya.
Tema custom tracker untuk lucky draw ini dipilih karena untuk kali pertama Kustomfest menyediakan ajang balapan klasik dengan medan berpasir atau flat track. Sirkuitnya menyulap lahan belakang gedung Jogja Expo Center (JEC) Yogya, tempat pameran utama Kustomfest.
Lulut menilai meski perubahan custom motor Triumph yang dinamai Ontoseno ini tak terlalu luar biasa di bagian jeroan dan penampakannya, namun motor ini menjadi lebih eye catching.
"Jujur saya sayang motor ini di custom engine nya. Karena motor ini dipakai harian nyaman banget, handlingnya juga bagus banget," ujarnya.
Alhasil bagian body pun dominan dipoles, terinspirasi dengan tokoh pewayangan Ontoseno. Misalnya pada bagian tangki motor dibuat painting dengan menganut pattern pewayangan tokoh Ontoseno yang berciri baju dengan motif kotak kotak hitam putih.
"Paling lama justru mengerjakan painting motor ini. Yang mengerjakan Dani Haka (seniman painting) dan detailing nya dikerjakan Soedatin, serta tim Retro Classic Cycles yang berhasil menerjemahkan citra Ontoseno ke motor ini," ujarnya.
Ontoseno dipilih sebagai inspirasi karena merupakan sosok satria yang bekerja di balik layar, dengan perawakan kecil, tak sebesar dan segagah bapaknya satria Pandawa, Bima. Meski berpenampilan biasa, Ontoseno sakti mandraguna dan punya watak gas pol.
Lantas berapa biaya yang harus dikeluarkan Lulut untuk membeli dan menbangun motor lucky draw ini?
Seperti jawabannya setiap tahun soal harga motor lucky draw yang diberikan, Lulut menjawab diplomatis.
"Seperti seniman bikin lukisan. Saya bisa bicara berapa biaya beli kanvas, cat, dan peralatan lain untuk melukis. Tapi setelah lukisannya selesai, apakah harganya lantas sama (dengan biaya produksi)?" ujarnya.
Bagi Lulut, sebuah karya seni tak memiliki patokan harga resmi. Begitu pun harga motor lucky draw ini. Ia pun tak mempermasalahkan jika pemenang lucky draw memasang harga tertentu saat berniat menjual motor itu.
"Kewajiban pemenang lucky draw hanya satu. Menghadirkan motor kemenangannya pada ajang Kustomfest tahun berikutnya, setelah itu terserah mau dipakai sendiri, dipajang, atau dijual," ujarnya.
Untuk berkesempatan mendapatkan motor lucky draw ini, pengunjung cukup datang dan membeli tiket masuk Kustomfest 2019 seharga Rp 60 ribu. Ya, hanya dengan membeli tiket seharga Rp 60 ribu, pengunjung Kustomfest 2019 bisa mendapatkan sepeda motor Triumph T140 Bonnevile 750 yang akan diundi pada Minggu malam, 6 Oktober 2019.
Untuk surat-surat, Lulut menjawab diplomatis bahwa pihaknya hanya menyediakan hadiah motor kustom di Kustomfest 2019 dalam bentuk barang. "Soal kelengkapan surat silahkan pemenang mengurus sesuai ketentuan perundangan," ujarnya singkat.