TEMPO.CO, Yogyakarta - Keriuhan ajang modifikasi Kustomfest 2019 pecah saat ratusan orang mengendarai motor mini memasuki area Jogja Expo Center 2019.
Tak peduli pengendaranya bertubuh kecil atau bongsor, motor motor mini itu terus gas pol sambil membunyikan klakson berulang kali. Membuat para pengunjung acara itu pun berpaling memusatkan perhatian kepada rombongan konvoi itu sebelum tersenyum geli.
Bagaimana tidak, di antara para pemotor mini itu banyak yang menggunakan atribut nyeleneh. Ada yang kompak berkostum serba merah muda matching dengan warna motor dan helm berbentuk kepala kucing dan superhero Venom yang juga berwarna pink.
Ada yang mendandani motor mininya dengan dot bayi untuk tempat oli samping dan bahkan ada yang berboncengan hingga membuat motor mininya tampak berjalan lamban namun tetap lancar.
"Ini memang acara mini gathering kedua yang digelar Motor Mini Jogja, peserta dari seluruh Indonesia datang dan mampir meramaikan Kustomfest 2019," ujar Agung Bentoel, pentolan komunitas Motor Mini Jogja kepada Tempo.
Agung mengatakan para penggemar motor mini itu sebagian besar mengendarai motornya menuju Yogya demi acara gathering bertema Nandur Srawung untuk mempererat tali silaturahmi. Mereka sebagian besar berasal dari pulau Jawa seperti Jakarta dan Bandung yang berjumlah 50 motor lebih. Lalu dari Demak Jawa Tengah ada sekitar sepuluh motor dan terbanyak dari Yogya ada 60 an peserta.
"Peserta terjauh yang berkendara ke Yogya dengan motor mininya datang dari Bali, ada dua orang," ujarnya.
Wisnu Sandi Julianto, pemotor mini dari komunitas Monkey Brothers Bali mengatakan perjalanan Bali ke Yogya ditempuh kurang lebih 15-20 jam bersama rekan satu komunitasnya, Ida Bagus Sudanta. Ia sengaja menghadiri acara gathering di Yogya sekaligus menyambangi Kustomfest 2019 untuk sembari mengenalkan komunitasnya ke penggemar motor mini lain.
Wisnu sendiri mengendarai motor mini Honda CZ 100 rilisan tahun 1974 sudah dibore up dari 50 cc menjadi 125 cc. Sedangkan Ida mengendarai trail mini Yamaha GT 80 yang mesinnya juga sudah diupgrade dari 80 menjadi 100 cc.
"Setiap empat jam perjalanan kami istirahat, perjalanan lancar saja tak ada kendala berarti," ujar Wisnu.yang mencintai motor mini itu karena bentuknya eye catching.
Wisnu menuturkan mengendarai motor mini yang menjadi tantangan karena beban di badan lebih berat. Motor pun digeber rata rata 60 km per jam.
"Tapi puas, daripada ngebut ngebut mending pelan tapi setiap berhenti di lampu merah dilihat orang hehe," ujarnya.