TEMPO.CO, Yogyakarta - Motor legendaris pabrikan Amerika, Harley-Davidson tengah jadi perbincangan pasca mencuatnya dugaan kasus penyelundupan melalui maskapai Garuda Indonesia.
Bagi kalangan pecinta motor, Harley-Davidson sendiri memamg menjadi tunggangan jalanan termegah dan simbol kelas atas karena harganya hampir tak ada yang murah.
Siapapun bakal menoleh ketika Harley Davidson dikendarai melintas di jalanan dengan suaranya yang blar blar itu.
"Harley itu berpuluh jenis dan beratus spesifikasi. Seri yang produksinya mulai awal tahun 1900 sampe era 1970an dan masih ber-kick starter kesannya memang macho, gagah dan maskulin," ujar pegiat motor antik dari salah satu komunitas di Yogyakarta yang enggan disebut namanya kepada Tempo Kamis 5 Desember 2019.
Pemilik Harley-Davidson seri Shovelhead 1968 itu menuturkan memang Harley identik dengan suara besar dan berisik saat dinyalakan mesinnya. Namun tak sedikit kolektor di Indonesia juga memilih mengkoleksi Harley yang bermesin 2 tak dan kapasitas mesin kecil.
Jadi tak melulu orang menyukai Harley karena suara mesinnya yang berat dan tunggangan gagah. Melainkan ada juga yang mengkoleksi karena sisi legendarisnya sebagai produk karya manusia.
"Dari sudut pandang penggemar antik kalau saya lebih suka Harley dari era tahun produksi 1970 ke bawah. Karena selain masih kental wibawanya, sisi legendaris, sejarahnya dan bodinya yang gagah masih kental," ujarnya.
Pria yang juga memiliki Harley seri Sportster 1958 itu mengungkapkan Harley yang diproduksi 1990 an ke atas, sudah makin bergerak menjadi simbol tak tertawar dari kesan sukses, gagah, dan high class karena harganya makin melambung tinggi.
"Dengan segala keindahan sang motor plus harga.unit barunya yang mungkin setara mobil.mobil jenis SUV standard, pamor Harley makin tinggi dan idaman kalangan lelaki," ujarnya.
"(Dugaan saya) dari 10 pria, 7 diantaranya pasti akan mau kalau diberi kesempatan memiliki Harley," ujar pria yang memiliki bengkel motor tua di Yogya itu.
Pria yang kerap aktif dalam berbagai event motor di Yogya itu mengatakan
20 tahun lebih bergulat dengan motor tua tak ada istilah Harley Davidson dibanderol "murah".
Ia mencontohkan jika yang dimaksud murah itu harga motornya di bawah Rp 100 juta. Sebut saja seperti seri Harley Davidson Trail AMF 125cc 2 tak produksi tahun 1970. Meski harga pasaranya motor itu mungkin sekarang Rp 30-50 juta, baginya tetap saja tak bisa disebut murah.
"Tak bisa disebut murah karena barangnya juga tak banyak dan sparepart juga jarang," ujarnya.
Belakangan geger unit Harley-Davidson seri Electra Glide Shovelhead 1970 diduga diselundupkan melalui pesawat Garuda Indonesia.
Dalam strata kelasnya sebagai merek legendaris Amerika atau American Pride, posisi Shovelhead di kelas menengah dan termasuk rare item yang dirilis kurun 1966-1984.