Mobil Gus Dur sendiri selama enam tahun lebih di tangannya tak banyak diotak atik alias masih orisinil. Bagian interior mulai jok sampai dashboard juga masih bawaan aslinya.
"Interior (jok bisa berwarna) merah karena pembelian mobil dengan kapasitas mesin besar memang boleh by request (interiornya)," ujarnya.
Levi mengungkapkan Mercy Gus Dur ini juga sempat menjadi mobil operasional di Pondok Pesantren Tebuireng Gus Dur di Jombang Jawa Timur.
Pria yang mengaku profesi kesehariannya menjadi petani itu mengatakan Mercy pribadi Gus Dur itu peredarannya hanya di wilayah Jawa Timur saja. Bukan mobil dinas resmi Gus Dur, melainkan mobil pribadi biasa yang dipakai jika Gus Dur kebetulan pulang ke pondok pesantrennya.
"Saya nggak pernah mengincar mobil ini, hanya karena kebetulan saya dekat saja dengan Pak Agus, pengurus di pondok (pesantren Gus Dur), terus ditawari ini dan saya mau menyimpannya saat itu," ujarnya.
STNK atas nama Gus Dur dipertahankan karena saat dibeli tahun 2012 kondisinya sudah dua tahun mati pajaknya. Dan baru 2019 ini STNK itu diperpanjang Levi karena mobil itu hampir tak pernah dipakai harian.
Mercy bekas Presiden Gus Dur mejeng dan siap di jual di even Jambore Nasional Mercedez Benz ke 14 yang dihelat di Yogya 6-8 Desember 2019. Tempo/Pribadi Wicaksono
Levi mengaku tak punya motivasi apapun saat mendapatkan mobil itu selain hanya ingin nenyimpan sebagai salah satu koleksi Mercy tuanya saja.
Secara visual, ujar Levi, Mercy Gus Dur ini tampak orisinil. Namun ia mengaku telah merestorasi beberapa bagian terutama mesinnya karena bermasalah. Mesinnya saat diajak jalan pelan tidak bisa alias mati. Sehingga saat dikendarai mobil itu harus jalan dengan RPM tinggi.
Restorasi mesin dilakukan terutama mengganti komponen seperti nosel nya, pressure injection, agar kompresinya mesin kembali stabil dan bisa jalan pelan.
"Biaya merestorasi khususnya mesin habis sekitar Rp.200 juta," ujarnya yang paling jauh pernah membawa Mercy itu dari Surabaya ke Batu, Malang.
Levi sebelum mendapatkan Mercy Gus Dur ini juga sempat mendapat Mercy Gus Dur lainnya dengan tipe W 280 SE yang sudah dilengkapi anti peluru. Namun saat itu Mercy anti peluru itu surat suratnya masih atas nama Kementerian Pertahanan Keamanan atau Hankam. Tahun 2015, Mercy itu dijual dengan harga Rp 200 juta.