TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan otomotif raksasa dunia Toyota mengumumkan langkah serius untuk meningkatkan penjualan di Cina. Termasuk kebijakan memisahkan pasar Cina dari wilayah Asia lainnya.
Seperti dilansir dari China Daily, Senin, 9 November 2019, Toyota menilai bahwa dalam pandangan bisnis, wilayah Cina dan kawasan Asia lainnya perlu dipisahkan. Mantan CEO Toyota Cina dan Asia, Tarsuro Ueda rencananya ditunjuk sebagai CEO baru Toyota Cina. Pemisahan bisnis ini rencananya akan dimulai pada 1 Januari 2010.
Toyota sendiri mengklaim, dalam kurun bulan Januari hingga Oktober 2019, telah menjual 8,05 juta unit mobil di seluruh dunia. Dari total penjualan itu, 1,31 juta unit terjual di Cina. Capaian itu dianggap penting. Terlebih penjualan mobil di Cina sejatinya mengalami penurunan dalam 16 bulan terakhir.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Toyota akan fokus ke pasar Cina. Toyota juga berencana meningkatkan kapasitas produksi tahunan di Cina menjadi 2 juta unit atau naik dua kali lipat pada tahun 2020.
Selain peningkatan produksi, Toyota juga menanggapi antusias pemerintah Cina terhadap pertumbuhan mobil ramah lingkungan, termasuk di dalamnya adalah mobil listrik. Untuk itu perusahaan yang berbasis di Nagoya ini berencana untuk meluncurkan 10 mobil listrik murni pada tahun 2025.
Toyota juga mengumumkan kemitraan baru dengan produsen baterai Cina yakni CATL dan BYD. Kerja sama ini akan fokus pada penelitian dan pengembangan mobil berbahan bakar baterai atau full listrik dan bukan plug-in hybrid atau hybrid.
Kerja sama ini juga termasuk pengembangan baterai untuk mobil Sedan dan SUV yang akan dijual dengan merek Toyota di Cina sebelum tahun 2025.
Tak hanya itu, rencana pemerintah Cina untuk meningkatkan pengembangan teknologi kendaraan berbahan bakar hidrogen atau Fuel-Cell Vehicle juga disambut Toyota. Untuk itu perusahaan asal Jepang ini berencana meluncurkan mobil berbahan bakar hidrogen dengan bekerja sama dengan produsen mobil GAC dan FAW Group yang berbasis di Guangzhou di Cina.