TEMPO.CO, Yogyakarta - Ada sejumlah faktor yang ditengarai masih menjadi ganjalan bagi lulusan SMK di tanah air memasuki dunia industri khususnya bidang otomotif.
“Dulu saat kami mulai masuk SMK, kami melihat banyak siswa ternyata sudah diajari ketrampilan yang levelnya masuk tingkat menengah ke atas (untuk profesi teknisi otomotif). Padahal sebenarnya materi itu untuk pasar industri otomotif tak terlalu tinggi permintaannya,” ujar Executive Coordinator Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor, Anjar Rosjadi saat menghadiri Daihatsu Vocational Day di Yogyakarta Senin petang 16 Desember 2019.
Anjar mencontohkan saat itu siswa SMK yang ditemui pihaknya sudah diajari ketrampilan spesifik seperti overhaule engine juga overhaule transmisi. Memang diakui, para siswa itu lantas jago di bidang itu, tapi ketrampilan itu kurang menjawab kebutuhan pasar industry otomotif alias sangat minim permintaannya.
Anjar menuturkan yang saat ini masih besar dan stabil permintaannya bagi profesi teknisi otomotif justru hal dasar. Seperti bagaimana lulusan itu bisa melakukan perawataan kendaraan secara benar. Permintaan maintenance atau pemeliharaan pengguna kendaraan bermotor jauh lebih besar daripada permintaan repair atau perbaikan.
“Maka saat kami masuk, kami ajak SMK itu fokus pada demand yang di pasar masih tinggi, dari situ kami kembangkan kurikulum yang memungkinkan siswa mengusai perawatan kendaraan itu,” ujarnya.
Materi kurikulum kompetensi yang disusun Daihatsu itu saat ini berfokus pada TKR atau Teknik Kendaraan Ringan. Siswa diajari bagaimana melakukan perawatan dan perbaikan kendaraan sesuai besarnya permintaan pasar pada dua bidang itu.
Misalnya bagaimana cara merawat kendaraan di kilometer 1000, 5000 dan 10000 dan seterusnya. “Materi itulah yang efektif, sehingga para siswa itu juga lebih mudah terserap di bengkel Daihatsu atau bengkel lainnya, ada link and match,” ujarnya.
Selain itu, Anjar menuturkan materi yang disampaikan di SMK oleh para guru lebih mengacu pada pedoman dasar dari dinas pendidikan. Seperti praktikal dasar permesinan, matematika, dan sebagainya yang sifatnya masih terlalu mendasar.
“Jadi saat kami masuk SMK, kami juga kenalkan dulu tentang budaya industri karena pembentukan karakter dunia industri itu lebih penting sebelum memiliki kompetensi,” ujarnya.
Budaya industri yang dimaksud, ujar Anjar, di Daihatsu sebagai pabrikan asal Jepang menganut prinsip 5S yakni Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke.
Dari prinsip itu mengajak bagaimana siswa memahami lingkungan kerja indsutri yang rapi dalam arti siswa belajar memilah barang yang masih bisa terpakai dan tidak. Setelah itu, barang yang bermanfaat akan dipakai dan yang tidak bermanfaat disingkirkan. Barang yang masih bermanfaat ditentukan penyimpanannya, diidentifikasi dan dirawat secara kontinyu sehingga tercipta kedisiplinan.
“Contoh sederhana prinsip 5S ini dalam SMK binaan kami adanya pembedaan jalan untuk orang dan kendaran, ada jalur hijau, ada tempat mobil berlalu lalang,” ujarnya.
Anjar menuturkan Daihatsu sebagai manufacturing company, sumber daya manusianya diakui lebih banyak berasal dari lulusan lulusan SMK. Namun disadari kesesuain kompetensi lulusan SMK seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
Dari situasi itulah lalu muncul program Pintar Bersama Daihatsu sejak 2008 silam yang masuk SMK untuk berfokus menggarap kompetensi siswa.
“Kami sering menemui lulusan SMK tidak serta merta bisa langsung bekerja. Harus ada pelatihan, adaptasi sehingga kami ambil bagian itu saat para siswa masih proses pendidikan itu,” ujarnya.
Dalam program itu, ujar Anjar, bentuk support yang diberikan pihaknya tidak sekedar alat praktek atau unit namun pembekalan skill yang disampaikan melalui para guru.
“Bagaimanapun pemberian ilmu itu lebih bermanfaat dari pada sekedar fasilitas atau unit yang diberikan,” ujarnya.
Dari ratusan SMK binaan yang berhasil mencapai akreditasi A dan B, ujar Anjar pihaknya memberikan apresiasi berupa alat dan sarana praktek yang sesuai kebutuhan industri.
Head Corportae Social Responsibility Department PT. Astra Daihatsu Motor Kirana Belly mengatakan saat ini total sudah 298 SMK binaan Daihatsu yang tersebar di tanah air. Di mana masing masing memiliki sertifikasi yang berbeda berdasar kemampuan guru serta fasilitas yang dimiliki dengan kategorisasi sertifikasi A, B, dan C.
“Untuk DI Yogyakarta sendiri ada sekitar 13 sekolah yang sudah menjadi binaan,” ujarnya.